Halaman

Sabtu, 22 Oktober 2011

Cintaku Tumbuh Di Danau

        Di tempat yang indah, sejuk, tenang dan segar aku tinggal dengan kakak-kakakku. Namaku Ileana Cantina, aku biasa dipanggil Lean. Aku memiliki sahabat yang selalu bersamaku kemana pun aku pergi. Dia adalah Ritzy Melina, aku biasa memanggilnya Ritzy. Ritzy selalu ada saat aku sedang gundah atau pun senang.
        Pagi yang cerah menyinari kamarku, aku langsung bergegas berangkat sekolah dan Ritzy sudah menungguku. Sampai disekolah, aku langsung duduk dan mengluarkan PR matematika ku. Saat guru matematika datang aku kira beliau akan menanyakan PR, ternyata pak Henry memperkenalkan siswa baru. Dia bernama Chico Fresco, panggilannya Chico. Chico anaknya keren abis. Kalau gini, Ritzy bisa jatuh cinta sama dia.
        Setiap istirahat aku dan Ritzy selalu ke perpustakaan. Aku suka membaca cerita tentang sejarah atau misterius, sedangkan Ritzy suka membaca novel tentang romantisme atau cinta. Saat hendak mengambil buku sejarah, aku tidak sampai dan aku terjatuh, tetapi untung saja ada Chico yang menolongku. Saat itu kebetulan sekali Chico juga ingin mengambil sejarah, seleraku dengan Chico sama, suka membaca buku sejarah. Selesai membaca aku dan Ritzy langsung ke kelas. Saat dikelas, Ritzy mendapat panggilan dari kantor guru. Setelah dari kanto guru, Ritzy langsung mengambil tas dan segera pulang. Dalam hatiku berkata ‘ ada apa dengan Ritzy ? Kenapa dia tidak mengatakan apa pun kepadaku dengan apa yang terjadi dari kantor guru. Lalu, kalau dia pulang, aku duduk dengan siapa ? Aku pulang dengan siapa nanti ? Entah lah, aku tidak tau. ‘ Aku merasa kesepian saat pelajaran bahasa Indonsia, tidak ada Ritzy disampingku, karena bu Reni mengetahui aku kesepian dan tidak bisa konsen saat pelajaran, jika tidak ada seseorang disampingku, akhirnya bu Reni menyuruh Chico untuk pindah tempat duduk dan duduk disampingku.
        Jam pulang sekolah, aku menelfon kakakku untuk menjemput aku disekolah, tapi kakakku tidak ada yang bisa menjemputku, huuuuh nyebelin dan di waktu yang tepat Chico mengajakku pulang dengan motor ninjanya, satu sisi aku mau karena aku tidak ada yang menjemput, tapi satu sisi aku tidak mau karena aku nanti dikira teman-teman ada hubungan special dengan Chico. Dengan sedikit bujukan Chico, akhirnya aku mau pulang dengannya. Selama perjalanan, jantungku dak dik duk dan berdetak tak menentu, dalam hatiku berkata ‘ Apa yang aku rasakan ini tuhan ? Tidak biasanya aku merasakan ini, oh my god. ‘  Tanpa terasa, aku sudah sampai didepan rumahku, aku bingung kenapa Chico tau alamat ku, padahal aku tadi belum memberi taunya. Masalah dia tau dari mana itu gak penting, yang terpenting aku sudah sampai dirumah dengan selamat.
        Sinar mentari yang cerah, membuatku semangat untuk berangkat sekolah. Selesai sarapan aku menunggu kakakku didepan rumah untuk mengantarku ke sekolah, tetapi aku terkejut karena sangat pagi Chico ada di depan rumahku. Ngapain dia nunggu aku di depan rumah ? Aku bertanya ke kakak ku, ternyata Chico sengaja menunggu didepan rumah karena dia disuruh kakak ku untuk mengantar ku ke sekolah. Huhhh, kakak ku nyebelin banget, kenapa kemarin nggak ngasih tau aku kalo hari ini aku di anter sama Chico. Kalo aku tau hari ini aku di anter Chico, aku nggak sekolah tau gitu, huuh. Terpaksa aku naik motornya dan berangkat bareng dia. Sesampai disekolah, Ritzy melihatku goncengan dengan Chico. Dia mengira aku jadian sama Chico, tapi itu nggak benar sama sekali.
        Bel sekolah bunyi, aku dan Ritzy segera masuk kelas dan Chico aku tinggal gitu ajah, bodoh dengan dia. Saat aku dan Rizty menuju kelas, aku bertanya sama dia ada apa dengannya kemarin. Ternyata kakak sepupunya meninggal, sedangkan kakaknya itu sangat dia sayangi, jadi dia sangat sedih dan terpukul atas kepergian kakanya itu. Sampai dikelas kita langsung duduk dan siap pelajaran pertama. Pelajaran pertama adalah bahasa inggris, selama pelajaran ini aku ngerasa ada yang ngelihatin aku dan feeling ku berkata kalau anak yang ngelihatin aku itu adalah Chico. Tapi ada apa dia melihatiku ? Apa ada yang salah dengan dandananku hari ini ? Atau ada yang berlebihan ? Tapi kata Ritzy dandananku seperti biasanya, tidak ada yang salah dan tidak ada yang berlebihan. Tapi itu aku buat cuek ajah.
        Jam istirahat, Ritzy mengajakku ke suatu tempat. Aku gak tau kemana dia membawa ku, katanya tempat itu indah dan sangat sejuk, ya aku ikut ajahlah. Ternyata dia mengajakku ke danau deket sekolah. Benar juga katanya, tempatnya memang indah dan sejuk dan satu sisi aku bertanya sama Ritzy.
“ Ritzy, ngapain kamu bawa aku ke sini ? Biasanya kan kita ke perpustkaan, tapi kali ini kamu ngajak aku ke danau. Ada rangka apa  ini ? “
“ Sebelumnya sorry aku buat kamu bingung dan heran. Aku ngajak kamu ke sini hanya ingin nunjukkin sesuatu ke kamu. Kita sudah lama bersahabat dan aku nggak mau persahabatan kita jadi sia-sia. Aku ingin kita mengucapkan janji untuk persahabatan kita dan danau ini menjadi saksinya. Kamu juga pasti bertanya, ‘kenapa danau ini tempat yang menjadi saksi persahabatan kita ?’ karena danau ini sangat indah dan keindahan itu melambangkan persahabatan kita yang indah seperti danau kita.” jawabnya dengan tenang.
“ Oh, aku ngerti. Aku setuju dengan ucapanmu, ayo kita sama-sama mengucapkan janjinya.” ujarku.
“ Oke. “
Janjinya berbunyi :
Kami, Lean dan Ritzy adalah sahabat sejati.
Kami, akan menjadi sahabat selamanya.
Danau ini menjadi saksi persahabatan kita selama ini dan selamanya
Dan kami tidak akan menyakiti satu sama lain.
Kami akan selalu ada saat sedih atau senang.
Kami tidak akan bermain rahasia.
KAMI BERJANJI.
 
Selesai mengucapkan janji, aku dan Ritzy kembali ke kelas. Saat dikelas aku dan Ritzy merasa tenang dan bahagia banget, nggak tau kenapa atau mungkin karena habis bikin janji. Jam pulang sekolah sudah tiba, aku ingin pulang bareng Ritzy, tapi aku sudah ditunggu sama Chico didepan sekolah. Dengan terpaksa aku harus bareng sama Chico lagi. Saat aku naik dimotornya, aku melihat arah motor Chico tidak berbelok kerumahku dan aku berteriak dengan kencang tapi, Chico cuek. Aku amu dibawa kemana sama ni anak ? Aku nggak tau. Saat motornya berhenti, aku langsung turun dan aku berusaha kabur, tapi tanganku ditarik sama Chico dan aku mencoba melepaskan tarikannya, tapi nggak bisa dan dia menutup mataku. Aku makin bingung apa yang akan dia lakukan dan aku nggak tau dibawa kemana aku.
        Sampai di suatu tempat, dia menyuruhku untuk membuka mataku dan well, aku takjub dengan tempat yang dia tunjukkan padaku. Aku dibawa di danau yang sangat indah bahkan keindahannya mengalahkan danau yang berada didekat sekolah, aku seneng melihat danau dan bunga-bunga disekitarnya, sangat indah banget, ‘oh my god’, kataku dalam hati. Tapi aku bingung, kenapa dia membawaku ke danau itu, aku bertanya-tanya sama Chico, tapi dia diam saja. 3 menit berlalu, dia masih diam saja dan akhirnya dia angkat bicara.
Aku mau ngasih tau sesuatu sama kamu, Lean. “ ucapnya.
“ Ohh, apa itu ? Silahkan saja kasih tau. “ jawabku.
“ Tujuanku membawamu ke danau ini karena aku ingin menikmati masa lalu ku yang sudah berlalu selama 10 tahun lamanya. Pertama kali aku melihatmu, aku kira kamu adalah dia. Wajahmu, senyummu, matamu, sikapmu,bahkan namamu dan semuanya yang ada ditubuh sama persis dengan dia. 10 tahun berlalu, rindu sekali dengan dia, 10 tahun tidak bertemu, bahkan 10 tahun untuk selamanya aku tidak akan melihat dan bertemu dengan dia lagi. Hanya dia yang bisa membuatku bahagia, tenang, dan hatiku rasanya sangat nyaman saat aku berada disampingnya. Bagiku dia adalah malaikatku dan seseorang yang sangat istimewa dalam hidupku. ”
“ Emmm, siapa yang kamu maksud DIA itu ?”  tanyaku penasaran.
“ Dia adalah sahabatku sejak kecil namanya adalah Leanne, kami selalu bermain bersama bahkan orang tua kami sudah menjodohkan kami sejak kecil. Tapi tuhan berkata lain, dia sudah bersama tuhan. Saat keluargaku dan keluarganya mengadakan piknik, mobil yang dia kendarai masuk ke jurang, karena papanya kehilangan kendali saat menyetir. Semua keluarganya hanya luka ringan saat itu, tapi hanya dia yang mengalami luka parah dan kritis 6 bulan dan lamanya dia kritis tuhan mengambilnya kembali. “, aku dengan tiba-tiba meneteskan air mata, aku sedih dengan ceritanya dan dengan apa yang dia alami 10 tahun lalu. Meskipun itu sudah lama sekali, tapi itu adalah luka yang paling sakit dalam hidupnya.
“ Aku turut perihatin dengan sahabatmu, semoga dia bahagia di sana. Aku minta maaf dan aku merasa bersalah, karena dengan kehadiranku ke hidupmu itu mebuatmu semakin sedih. “
“ Oh, tidak. Tidak Lean, kamu nggak salah dan aku senang bertemu denganmu, karena aku menemukan seseorang yang mirip dengan masa laluku dan aku juga sangat senang karena dengan adanya kamu dihidupku, aku bisa mengingatnya selalu. “ katanya dengan tersenyum padaku.
“ Chico, aku mau bertanya.”
“Emm, tanya apa ?” jawabnya penasaran.
“ Saat pelajaran bahasa inggris tadi, emm…. Apa kamu melihatiku ? Bukannya aku berharap atau GR, tapi feeling ku begitu. ”
“ Emmm….”  bergumam cukup lama. “ Iya, aku melihatimu selama pelajaran bahasa inggris. “
“ Kenapa kamu melihatiku ? “ tanyaku.
“ Karena aku rindu dengan Leanne dan wajahmu sangat mirip dengannya. Jadi, aku lihat kamu dan rasa rindu itu sudah terobati.”. Saat dia mengatakan itu, pipi ku menjadi merah, tanganku dingin, kaki gemetar, aku tiba-tiba gugup, aku nggak bisa berkata apa pun. Hanya dalam hatiku bekata, ‘ tuhanku, kenapa aku ini ? Kenapa tiba-tiba aku begini ? Tenang kan aku tuhan, oh my god. Please !’ . Dengan suara yang terpatah-patah, aku mengajaknya pulang karena hari sudah semakin sore. Kakakku pasti khawatir denganku kalau aku pulang terlalu sore.
        Sampai dirumah kakak-kakakku sudah menungguku diruang tengah, aku di interogasi sama mereka semua, saat mereka belum selesai mengintrogasi aku langsung bilang “ aku nemenin Chico di danau, kak. “ eh, mereka semua langsung berhenti introgasi, aku langsing disuruh mandi dan istirahat.
Saat mau tidur, aku mendengar nada Geisha - Pilihan Hatiku dari hapeku. Oh, ternyata ada telfon. Tapi, dari siapa ya ? Malam-malam gini masih aja telfon-telfon aku, nggak tau aku capek apa, huuh. Aku ambil hapeku dan aku lihat, “astaga” teriakku. Chico menelfonku malam-malam, ada apa ? Kalau tanya PR nggak mungkin, karena hari ini nggak ada PR, karena penasaran aku angkat telfon dan ternyata dia menyanyikan aku sebuah lagu Smash – I Heart You. ‘Astaga tuhan, suaranya enak banget dan dia romantis banget tuhan. Ya ampun, semoga saja aku nggak jatuh cinta sama dia. Karena aku pasti dimarahin sama kakak-kakakku kalo aku jatuh cinta sedangkan aku belum selesai menuntut ilmu.’  kataku dalam hati. Selesai dia bernyanyi….
“ Good Night, my sweet.” ucapnya. Ohh, tuhan. Seumur hidupku aku belum pernah dipanggil seperti itu dengan teman cowokku. Karena sudah malam aku langsung tidur dan besok juga sekolah.
        Sudah 10 bulan Chico bersekolah disekolahku, sekelas sama aku dan sudah 10 bulan juga dia menunggu, menjemput, mengantarku ke sekolah, dan mengajakku ke danau setiap pulang sekolah. Yang aku pikirkan ‘ apa dia nggak bosen begitu terus ? ‘ Nggak tau deh sama anak itu.
        Seperti biasa, pagi-pagi Chico sudah menungguku. Kali ini dia nggak didepan rumah, tapi dia di ruang tamu. Rupanya kakakku menyuruhnya masuk untuk menungguku. Entah mengapa aku merasa aku berdandan cukup lama dari pada biasanya dan well, hasilnya juga lebih menarik dari pada biasanya. Saat aku turun dari tangga, Chico terpesona melihatku dan dia tidak merespon ajakkanku untuk langsung berangkat sekolah. Kali ini juga Chico tidak ngebut seperti biasa, sangat santai membawa motornya. Sampai disekolah Rizty sampai tidak mengenaliku dan anak-anak disekolah juga melihatiku semua. Memangnya ada apa dengan diriku ? Apa ada yang salah dengan diriku hari ini ? Aku nggak tau. Karena aku heran, aku langsung menemui Ritzy dan menanyakan kenapa semuanya pada ngelihatin aku ? Kata Ritzy hari ini aku kelihatan sangat cantik and menawan dari pada biasanya, padahal aku ngerasa biasa ajah tuh. Yah emng bener sih, kita nggak bisa nilai diri kita sendiri tapi orang lain yang bisa nilai diri kita.
        Hari ini sepulang sekolah, Chico ngajak aku ke danau lagi. Aku nggak tau apa yang akan dia lakukan lagi, dia udah sering ngajak aku ke danau. Tapi yang dia lakukan sama ajah, menatapku dengan serius sampai buat tanganku dingin, pipiku merah dan dahi berjatuhan keringat. Aku selalu bertanya kenapa dia begitu padaku, dan jawabannya sama ajah ‘ karena aku mirip dengan Leanne ‘ aku sampai bosen denger itu. Cuma satu harapanku, semoga dia nggak ngelakuin seperti biasanya. Sesampai di danau Chico bersikap dingin sama aku, dia nggak ngajak aku bicara and doa ku terkabul. Dia nggak ngelihatin aku, tapi kenapa dia bersikap dingin sama aku saat di danau ? Padahal tadi pagi baik – baik aja. Udah 2 jam di danau berada di dekat Chico tapi kita nggak ngobrol. Setiap aku bicara, dia nggak ngerespon. Dia sangat dingin sikapnya sama aku. Apa salahku sama dia ? Aku nggak tau deh. Selama 2 jam itu akhirnya dia bicara sama aku, ‘Lean, aku mau ngomong sesuatu. PENTING …..‘ tapi aku cuek. Aku kesel karena tadi aku ngomong sama dia, eh dia nggak dengerin aku. So, aku balas dendam. Karena aku nggak dengerin dia atau nggak perhatikan dia, tiba – tiba dia berlutut didepanku dan memegang tanganku. Aku shock banget saat itu, dalam hatiku bertanya-tanya ‘ apa yang dia lakukan ? Sampai harus berlutut seperti itu. ‘ dan semua pertanyaanku terjawab.
Sebenarnya, aku….. Aku selama 10 bulan ini, memendam rasa cinta, rasa sayang, rasa suka sama kamu. Aku merasakan itu bukan karena kamu mirip dengan Leanne, tapi aku tulus merasakan itu. Itu sebabnya aku mau menunggumu saat pulang sekolah, mengantar dan menjemputmu dan membawamu ke danau ini setiap hari setelah pulang sekolah. Tujuanku membawamu ke danau ini adalah biar danau ini menjadi saksi tentang perasaanku sama kamu, kalau aku bener – bener jatuh cinta sama kamu. Sejak melihatmu dan mengenalmu, aku sudah jatuh cinta dan aku sangat senang bisa sekelas denganmu, setiap hari berangkat pulang sekolah bersama. Aku sangat nyaman, tenang dan bahagia setiap didekatmu. To the point, Apakah kamu mau menjadi kekasih ku ? Sekarang hingga selamanya menjadi milikku seutuhnya. Aku sangat mencintaimu dan menyayangimu sedalam danau itu dan hatiku tulus. “ ucapnya.
“ What ? Apa aku nggak salah denger ? Emmm,, sory… Aku shock and kaget banget kamu bilang gitu. Emmm, give me 2 days. Aku butuh waktu dan memutuskan jawaban ini dengan pasti dan tidak ada yang rugi. Aku juga akan meminta pendapat sama kakak-kakakku. Karena…..”, kataku, dan dia memotong sebelum aku menyelesaikan perkataanku.
“ Sebenarnya kakak-kakakmu sudah mengetahui hal ini, karena saat aku menjemputmu sekolah aku disuruh menunggu diruang tamu. Saat itu juga aku meminta kepastian dari kakak-kakakmu untuk memilikimu seutuhnya and well, kakak-kakakmu menyetujuinya. Sekarang aku hanya menunggu jawaban darimu.“
“ What ? Kakak-kakakku sudah tau ? Oke, aku akan memikirkannya, just 2 days. “ aku membangkunnya dari tanah yang dari tadi berlutut padaku. Karena hari sudah sore, aku mengajakknya pulang.
        Sesampai rumah aku mandi dan saat akan tidur, handphone ku bedering dan itu telpon dari Chico. Dia menyanyikan aku sebuah lagu yang sangat romantis dan mengucapkan selamat malam, lagu yang dia nyanyikan membuatku menjadi tidak ngantuk lagi. Tapi karena jam sudah menunjukkan jam12 malam aku harus tidur meskipun aku nggak bisa tidur. Akhirnya aku baca novel dan aku tertidur.
        Pagi-pagi aku belum bangun dan terpaksa kakakku membangunkanku. Kali ini aku benar-benar kesiangan dan aku pasti telat ke sekolah. Aku sampai nggak sarapan dan menarik Chico yang sudah menungguku di ruang tamu untuk segera berangkat sekolah. Chico ngebut banget sampai aku nggak sengaja memeluknya, pelukan itu tidak terlepas sampai disekolah. Sampai disekolah anak-anak pada ngelihatin aku dan Chico. Aku dan Chico heran mengapa mereka melihat kami dan ternyata gara-gara aku memeluknya saat naik motor mereka melihat kami. Aku dan Chico baru sadar saat akan turun dari motor. Aku malu banget, ‘ ampun deh tuhan, di kemanakan muka ku ini ? Sumpah aku malu banget tuhan. Ya ampun ‘ katak dalam hati yang merasa sangat malu. Saat melihat itu, Ritzy langsung menarikku ke kelas dan dia introgasi aku tentang kejadian tadi. Aku menjelaskan semuanya itu ke Ritzy dan tiba-tiba Chico masuk kelas. Aku jadi berhenti bercerita dan untung saja pelajaran pertama gurunya udah dateng, well aku nggak perlu cerita apa-apa lagi ke Ritzy.
        Jam istirahat Chico mengajakku ketemuan ditaman sekolah. Ada apa lagi ini ? Kalau dia minta jawaban yang kemarin, aku belum bisa ngasih jawaban itu. Karena Ritzy belum tau tentang itu dan waktuku juga baru satu hari. Kurang satu hari lagi untuk memikirkan pernyataan cinta dari Chico. Saat ditaman Chico memberiku kalung setengah hati, setahuku kalung setengah hati hanya dimiliki oleh pasangan yang udah jadian. Satu hati untuk cowoknya dan satu hatinya untuk ceweknya.
“ Kenapa kamu ngasih aku kalung ini ? Bukannya aku menolak, aku suka dengan kalungnya. Tapi….. heran ajah kenapa kamu ngasih ke aku ? “ ujarku penasaran.
“ Aku kasih kamu kalung itu karena setengah hatinya sudah ada di aku. Itu bukti cintaku padamu, waktu tinggal besok untuk memikirkannya dan lusa kita ketemuan di danau kemarin saat aku mengungkapkan perasaanku padamu jam 4 sore. Itu belum seberapa, masih banyak pembuktian cintaku padamu  yang lainnya. “ jawabnya sambil tersenyum padaku. Saat melihat senyumnya, jantungku berdebar nggak nentu, pipiku merah merona. Astaga, ada apa ini. Sikapku tiba-tiba aneh dan aku langsung menariknya untuk pulang. Sampai rumah aku langsung menelpon Ritzy.
“ Halo, Ritzy. Aku mau cerita. Penting. “ kataku.
“ Iya, ada apa ? Sepertinya kamu…… ” belum selesai bicara, sudah ku potong perkataannya.
“ Kemarin, Chico habis…. “
“ Chico habis apa ? “
“ Chico habis nyatain perasaannya sama aku. Aku harus gimana ? “
“ What ? Are you sure ? “  ujar Rizty tersentak kaget dan tidak percaya.
“ Kalo menurutku, kamu ikutin kata hatimu. Kamu cinta atau nggak sama dia (Chico) ? Kalo misalnya ‘iya’ ya udah balas cintanya, tapi kalo …. “
“ Aku cinta, aku sayang, aku suka dia. “ kataku memotong.
“ Kalo gitu, terima ajah. Tenang ajah, aku nggak suka Chico kok, soalnya aku udah suka sama yang lain and aku dukung kamu sama Chico. “
“ Okelah kalo gitu, aku akan nerima cintanya. Eh tunggu, tadi katamu kamu suka yang lain. Suka sama sapa ? Kenapa nggak pernah cerita ? Jahat banget sih sama sahabat nggak cerita-cerita. Huuh. “  jawab agak kecewa.
“ Sorry, Sorry. Aku nggak cerita soalnya aku nggak mau ganggu kamu sama Chico. Urusanku itu gampang, aku akan cerita kapan-kapan. Sekarang yang penting kamu sama Chico. Udah malem, tidur sana. Besok sekolah. Bye. “
“ Oke deh, bye too. “ jawabku balik.
        Hari ini aku nggak kesiangan lagi bangunnya, jadi kakakku nggak perlu bangunin aku. Aku mandi, ngerapikan kasur, sarapan dan berangkat ke sekolah dengan Chico seperti biasa. Hari ini aku agak cuek sama Chico dan menjauh darinya, meskipun Chico berulang kali mendekat. Sampai saat pulang pun aku cuek and untung ajah hari ini dia nggak ngajak aku ke danau. Kalau dia ngajak aku ke danau, waduh bisa gagal rencanaku cuekin dia. Tujuanku cuekin dia hanya iseng-isengan ajah, nggak ada maksud tertentu and besok juga hari aku nerima cintanya. Jadi aku mau bikin dia menderita sebelum dia bahagia. Malem-malem aku SMS dia “Besok jangan jemput aku dan jangan antar aku“
        Pagi-pagi aku lihat ruang tamu nggak ada Chico, itu artinya dia baca SMS ku semalam. Pagi ini aku berangkat bareng Ritzy dan kangen lama nggak berangkat bareng. Sampai disekolah aku dan Rizty langsung ke kelas dan saat dikelas, Chico melihatiku dengan tatapan yang berbeda. Aku nggak tau arti tatapan itu apa ? Tapi kayaknya dia agak kesal gara-gara aku nggak bareng sama dia ke sekolah -kayaknya-. Sepulang sekolah Ritzy aku suruh ke rumahku, aku minta tolong dia buat ngerias aku. Karena sore ini aku akan ketemuan dengan Chico. Aku nggak mau kelihatan buruk dimatanya dan nggak lupa aku memakai kalung setengah hati.
“ Kalungnya sangat cantik saat menghiasi lehermu, Lean. Kamu terlihat sangat cantik dan sangat perfect.“ puji Ritzy.
“ Terima kasih Ritzy dan ini juga berkatmu. “ aku ke danau di anter sama Ritzy karena sengaja aku nggak mau dijemput sama Chico. Chico sudah tiba dan saat dia melihatku dia diam terpaku tida bergerak, dia seperti patung.
“ Oh my god. My princess, you very beautiful. “ katanya, takjub melihatku. Pipiku merah, tanganku gemetaran, jari – jariku dingin seperti es di kutub utara, jantungku berdebar sangat kencang saat dia menyebut kata-kata ‘my princess’.
“ Oh thank you. “ jawabku sambil tersenyum malu.
Tiba-tiba dia berlutut dan…..
“ Bagaimana, sudah 2 hari kamu memikirkan semua. Apakah kamu mau menjadi kekasihku ? Aku janji nggak akan menyakitimu dan akan melindungi selalu. Akan selalu ada saat kamu butuh aku, selalu ada saat sedih atau senang. Aku janji dan akan aku buktikan jika kamu menerima cintaku. “ dia mengatakan kata-kata yang lebih romantis dan menyentuh hatiku dari pada 2 hari kemarin saat dia mengungkapkan perasaannya.
“ Sebenarnya, aku juga sayang, aku juga suka, aku juga cinta sama kamu dan perasaan itu selalu ada dimana pun, kapan pun aku berada. Aku senang kalo ada didekatmu. Jadi, jawabanku adalah tidak….”
“ Tidak ? Kenapa ?  Kita saling menyayangi, kenapa tidak ? “ dia memotong pembicaraanku.
“ Tunggu, dengarkan aku. Aku belum selesai. Aku berkata tidak ada artinya. Kata tidak itu sebenarnya, aku tidak bisa kalau menolakmu. “ senyumku dengan malu.
“ Jadi, kamu mau jadi kekasihku ? ”
“ Iya “
“ Oh, terima kasih Princess ku. Aku senang sekali, aku cinta padamu. “ katanya senang dan tiba-tiba memelukku.
“ Aku juga cinta padamu. Tapi, apakah sebaiknya kita pulang dan kamu melepaskan pelukan imi ? “
“ Oh iya, sorry. Aku terlalu senang. “
“ Tidak apa-apa. Ayo, kita pulang. “ ajakku.
“ Oke. “
       
Besok paginya Chico menungguku didepan rumah (seperti biasa). Kali ini aku nggak malu untuk melingkarkan tangannya dipinggang Chico, karena kita sudah berpacaran. Sesampai sekolah aku dan dia masuk kelas bersama dan teman-temannya menyoraki “ Waow, kalian berpacaran ? Mesra amat sih. “ teriak dari salah satu teman Chico, tapi kita cuek ajah dan tetap jalan bersama ke kelas.. Saat dikelas aku ceritakan kejadian berpacaran dengan Chico ke Ritzy, well. Ritzy senang banget karena tau ceritaku gimana.
        Semakin hari hubunganku makin mesra sama Chico dan sampai lulus sekolah, Chico masih berpacaran denganku dan kita berniat setelah lulus sekolah 5 tahun kemudian akan melanjutkan ke tahap serius dan pernikahan ini dilaksanakan didanau saat Chico menyatakan perasaan padaku.
        5 tahun kemudian, niat kita semakin dekat untuk dilaksanakan. Semua persiapan sudah matang dan tinggal menunggu hari H nya. Betapa bahagianya diriku bisa bersama dengan Chico selamanya dan memiliki dia seutuhnya. Aku sangat gugup dan perasaannya tidak menentu. Ada apa denganku ?
Tepat pukul 9 pagi, aku tiba di danau. Chico sudah berada di danau lebih dulu dariku. Acaranya sederhana tapi sangat tenang.  Kita berdua sangat senang dan bahagia karena bisa memiliki satu sama lain dengan utuh. Kita memiliki tujuan akan langsung bulan madu beberapa bulan. Tapi tempat itu dirahasiakan, bahkan kakakku tidak tau aku akan kemana dengan Chico.
        Beberapa bulan kemudian, aku dan Chico pulang menemui kakakku. Kita tidak berdua, tapi berempat. Aku memiliki anak perempuan kembar, mereka adalah Stevani dan Stevana. Mereka berdua sangat cantik dan mewarisi kecantikanku. Bertambah sudah kebahagiaan mereka, kakakku pun sangat bahagia karena dia menjadi om. Tapi kebahagiaan itu lenyap sudah ditelan kesedihan. Saat hendak ke puncak untuk merayakan kebahagiaan ini, mobil yang aku kendarai dengan Chico mengalami kecelakaan. Mobilku masuk ke jurang, Stevani dan Stevana terpisah dari aku dan Chico. Saat itu umur mereka masih 6 bulan, Stevana keuar dari mobil dan Stevani masih berada pelukanku. Salah satu warga sekitar tahu kecelakaan itu dan membawa aku dan yang lain ke rumah sakit.
Stevana, Stevani, Anakku Sayang. Chico Sayang…”  berulang kali.
        Saat sadar aku langsung melihat Chico terbaring kritis dan Stevani jg terbaring. Dalam hatiku berkata ‘ Kemana anakku Stevana ? Kenapa dia tidak ada disana?’
Aku bertanya pada dokter dan kata dokter tidak ada anak perempuan kecil selain Stevani. Betapa sedih dan sakit hatinya saat itu mengetahui anak tercintaku hilang. Kini hanya kenangan dan kesedihan yang tersisa dalam hidupku.
Kemana Stevana ? Apa yang akan terjadi selanjutnya ? Simak kisah lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar