A |
ku Stevana Friska Iana. Aku hidup dengan kakak-kakaku. Mereka sangat sayang dan menjagaku dengan baik, meskipun sebenarnya mereka bukan kakak-kakak kandungku. 16 tahun aku hidup sama kakak-kakak angkatku, aku nggak tau siapa keluarga ku sebenarnya, yang aku tau, dalam 16 tahun itu, aku hidup dengan kakak-kakakku yang care dan 16 tahun itu pula, aku hidup sebagai VAMPIR.
Aku sangatlah berbeda dengan cewek yang lain, aku nggak suka dandan atau pake rok. Entah itu rok panjang atau rok mini, terserah lah, tetap aja aku nggak suka yang namanya rok, sebenarnya bukan itu yang membedakan aku dengan cewek lain. Tapi yang membedakan adalah, aku bukan manusia. Aku keturunan vampir. Kakak-kakaku (angkat) semuanya vampir, mereka semua memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Meskipun kami vampir, tapi kami bukan vampir peminum darah manusia. Kami membuat sorum sendiri yang bisa menahan dahaga saat sedang kehausan. Aku dan kakak-kakakku adalah jenis vampir terlangkah di dunia. Sebagian vampir ada yang meminum darah manusia atau darah hewan, tetapi kami minum sorum yang kami buat sendiri dan sorum itu membuat kami seperti minum darah
Awalnya aku manusia biasa bukan vampir, tapi karena kakakku yang bernama James Darkens yang membuatku menjadi vampir. Kak James lah yang menciptakan vampir perempuan baru, yakni aku. Saat itu kak James sedang mencari ramuan untuk membuat sorum dihutan, kak James nggak sengaja melihat mobil terguling di jurang. Menurut feeling kak James mobil itu jatuh dan masuk ke jurang itu. Kak James saat itu mau menolong orang-orang di mobil itu, tapi saat mau mendekat ke mobil itu, kak James terhenti karena dia mencium bau darah manusia yang sangat segar. Kak James nggak tau ada berapa orang dimobil itu, karena kak James langsung pergi. Saat pergi dan kembali kerumah, kak James melihat balita perempuan yang menangis. Di dekatilah balita itu.
Saat mendekati kak James juga mencium darah manusia. Sejenak terpikir di benak kak James tidak menolong balita itu, tapi karena kasihan di bawalah balita itu. Balita itu terus menangis saat kak James menggendongnya hendak kerumah, karena saat itu juga kak James sangat dahaga di hisaplah darah balita itu. Balita itu langsung diam dan kakak-kakak yang lain kaget saat melihat kak James pulang membawa bayi dan mulut yang penuh darah.
Kak James menceritakan kejadian yang terjadi ke saudara-saudaranya itu dan tanpa sengaja kak Evan menumukan selembar kertas. Kertas itu berisi “Stevana Friska Iana“, kakak-kakak yang lain langsung mengerti maksud tulisan itu. Itu artinya bahwa nama balita itu adalah Stevana Friska Iana dan balita yang di hisap darahnya itu adalah aku, Stevana.
B |
eberapa minggu setelah aku di gigit oleh vampir, aku pun juga tumbuh menjadi vampir dan kakak-kakakku mengajarkan cara membuat sorum, menahan dahaga saat dekat manusia dan masih banyak yang di ajarkan.
Mereka semua mengurusku hingga aku menjadi vampir perempuan yang sangat kuat, semakin hari kekuatanku bertambah dan semakin dahsyat. Tapi kekuatan kakak-kakakku masih lebih dahsyat dari pada kekuatanku. Aku ingin mencari orang tuaku tapi dengan keadaanku begini, aku tidak mungkin menemui orang tuaku. Karena aku pasti akan menggigit mereka dan itu juga akan menyebabkan mereka menjadi vampir seperti aku. Aku nggak mau hal itu terjadi. Jadi aku putuskan aku tetap akan menahan ke inginanku itu untuk mencari dan bertemu orang tuaku, sampai waktunya akan tiba. Aku harap orang tuaku akan menerimaku sebagai vampir dan menyayangiku dengan tulus.
Meskipun aku vampir, aku tetap sekolah dan disekolah aku menjadi bintang kelas. Nggak hanya bintang kelas, semua anak disekolah kenal sama aku. Siapa sih yang nggak kenal sama Stevana Friska Iana? Aku nggak tau kenapa aku begitu popular disekolah. Kalau pikiranku sih gara-gara aku suka bikin onar and aku suka berkelahi sama anak cowok, itu sih menurut diriku sendiri. Tapi kalo kata temen-temenku sih gini, ‘ Meskipun Stevana tomboy and suka bikin onar, dia anaknya pinter, rajin and suka nolong temen-temennya yang lagi susah. Nggak salah kalo dia popular. ‘ ya begitulah menurut teman-temanku.
Aku jarang bersalaman sama anak-anak disekolah, why? Karena setiap kulitku atau tanganku menyentuh kulit anak lain, pasti akan menolak. Kulit mereka begitu panas, sedangkan kulitku dingin sedingin es dikutub dan selalu banyak pertanyaan yang membuatku pusing. ‘ Kenapa Stevana nggak mau salaman sama kita? ‘, ‘ Kenapa dia selalu diam? ‘ Kenapa pula kulitya begitu dingin saat menyentuh kulit kita? ‘. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu, karena kalau aku menjawabnya itu sama aja aku membuka rahasia diriku sebagai vampir dan aku sudah janji sama kakak-kakakku kalau aku tidak akan menceritakan tentang diriku, vampir.
A |
ku selalu menahan dahaga, emosi, dan menutup hidungku setiap masuk kelas, why? Karena aku sekelas dengan manusia dan di tambah lagi aku duduk dengan cowok yang bau tubuhnya sangat menggiurkan dan itu membuatku ingin menghisap darahnya. Meskipun aku sudah lama menjadi vampir, tetap saja aku masih belum bisa menahan dahaga saat dekat manusia. Cowok itu baik sama aku, kalo beda sama cowok yang lain. Dia pintar, diem, rajin, baik banget and dia juga ganteng abis. Dia yang nenangin aku kalo aku lagi marah and dia yang nahan emosiku kalo aku mau hajar anak. Cowok itu namanya Brian Corvine, dia bintang cowok disekolah. Aku akui emang dia pantas dapet julukan itu, karena dia ganteng, pinter and baik
Cewek-cewek disekolah kalo lihat dia pasti teriak-teriak ‘ Brian, Brian, Brian ‘ ihh, ganjen banget and sikap Brian nanggepin sikap cewek-cewek itu, cuek bebek. Kasian amat cewek-cewek itu, capek-capek teriak, eh, Brian cuek. Brian juga selalu tanya sama aku, kenapa sikapku dingin sama dia. Kalau aku bukan vampir pasti sikapku nggak dingin sama dia, tapi sayangnya aku vampir and aku kebawa sama sikapku yang dingin itu.
Semenjak aku sekolah disitu, aku nggak pernah suka sama cowok. Cuma satu yang bisa bikin hatiku tertarik sama cowok, Brian. Brian yang bikin aku kayak gini. Seumur hidup aku nggak pernah suka sama cowok dan semenjak Brian datang ke hidupku and satu sekolah sama aku, dia bikin aku terpesona sama dia. Aku selalu membeku kalo dia berbicara, bau tubuhnya yang menggiurkan membuatku ingin menghisap darahnya, menahan dahaga dan ingin pergi, tapi nggak bisa. Karena aku selalu ingin disampingnya, tapi… bau tubuh Brian hanya sesaat. Sometimes, tubuhnya bau darah manusia dan sometimes, aku nggak bisa bau tubuhnya.
A |
ku denger- denger Brian juga suka sama aku, tapi aku nggak tau nyatanya. Kalo gossip itu bener, aku terpaksa bilang sama dia untuk tidak mencintaiku dan mengatakan kalau aku vampir. Tapi kayaknya nggak mungkin aku bilang gitu, karena itu melanggar janjiku sama kakak-kakakku. Tapi kalo itu yang terbaik aku akan lakukan.
K |
akak- kakakku membuatkan nama untukku dan nama itu khusus untuk vampir dan sesuai silislah vampir. Stevana Friska Iana adalah namaku saat menjadi manusia sekaligus nama umum, tapi dalam keluarga namaku adalah Stevana Darkens.
Darkens adalah nama keluarga vampir yang paling terkenal dan menurut manusia vampir bernama Darkens sangat bahaya dan mengerikan. Well, emang bener penilaian orang, aku dan kakak-kakakku memang bahaya meskipun kami tidak minum darah melainkan sorum. Tapi karena sorum ini lah yang membuat kami bahaya, sorum ini membuat kami semakin hari semakin kuat dan membuat diri kami mengerikan bagi manusia yang melihat kami.
Maka dari itu aku pake kacamata untuk melindungi mataku, kacamata ini sudah dibuat khusus sama kak James. Mataku saat menjadi manusia berwarna cokelat, tapi setelah menjadi vampir mataku berwarna merah pekat dan kalau manusia melihat mata vampirku mereka akan ketakutan sama aku, aku pasti di jauhi dan itu akan mengusik emosi. Emosi ku akan berubah menjadi jahat banget, aura ku berubah jadi merah. Karena warna merah dalam keluarga Darkens berarti kejahatan.
Kak James sempat kaget dan tidak menyangka mataku akan berwarna merah selamanya, karena selama kak James menciptakan vampir dia tidak pernah mengalami hal seperti ini. Vampir baru akan memiliki mata berwarna merah dan warna itu akan berubah menjadi biru laut dalam waktu 2 minggu, tapi saat kak James melihat mataku dia kaget karena dalam waktu 2 minggu mataku tetap berwarna merah setelah dia ciptakan dan tak lama kak James membuat kesimpulan kalau mataku akan berwarna merah selamanya. Jadi aku akan membutuhkan kacamata ini untuk bertemu manusia.
Aku bahagia menjadi vampir, karena aku akan hidup selamanya dan tidak akan mati. Tapi aku juga membutuhkan pasangan hidup, aku nggak mungkin hidup tanpa pasangan, tetapi kalau aku memiliki pasangan hidup… itu pasti manusia dan nggak mungkin vampir. Karena di daerah tempat aku tinggal hanya keluarga Darkens yang vampir, aku sempat bingung dan pusing kalau aku memikirkan tentang itu. Tapi kak Evan dan kak James selalu membisikkan hal yang membuatku optimis untuk mencari kekasih.
A |
ku berangkat lebih awal ke sekolah dari biasanya karena akan ada ujian dan aku akan mencoba belajar sama teman manusia. Saat Brian datang, dia langsung mengeluarkan buku dan mengajakku belajar. Aku menolak mentah-mentah, tapi Brian memaksa dan akhirnya aku luluh di ajaknya. Dia ngajak aku belajar ditaman belakang sekolah, tempatnya sepi, tenang, sejuk dan tidak ada suara, hanya ada detak jantungku dan Brian.
Ketika belajar, Brian menatapku terus dan itu membuaku nggak konsentrasi belajar dan tiba- tiba……
“ Apa kamu vampir ? “ aku kaget saat dia mengatakan itu, aku membeku, hatiku bertanya ‘ Kenapa dia bertanya begitu ? ‘ dan…. “ Karena kamu memiliki mata yang berwarna merah, kamu terlalu diam dikelas, selalu menghindar dari anak- anak, termasuk aku. Tubuhmu dingin saat menyentuh kulit manusia dan....”
“ Stop Brian. Stop, jangan di teruskan. “ potongku dengan nada membentak.
“ Kenapa? Aku berkata sejujurnya dan itu membuatmu terpojok, ia kan ? “ Brian membentak balik.
“ Oke, aku jujur. Aku vampir, apa yang kamu katakan semuanya benar. Dalam keluarga aku di panggil Stevana Darkens. “. Brian berdiri dan mundur perlahan menghindariku.
“ Jadi kamu ….” katanya dengan shock.
“ Iya, aku termasuk keluarga Darkens. Puas kamu? Sekarang apa yang kamu lakukan? Memberitahu semuanya kalo aku vampir Darkens? Silahkan !! “ bentakku lagi
“ Tidak, aku tidak akan memberi tau sapa-sapa, karena ini termasuk rahasia kita, vampir.” kata Brian yang masih menghindar dariku.
“ Kita maksudmu? “ tanyaku heran.
“ Iya, sebenarnya aku juga vampir. Namaku Brian Corvine, Corvine dan Darkens termasuk keluarga vampir, hanya saja Darkens lebih bahaya dari pada Corvine. Tetapi Corvine lebih kuat dari pada Darkens, kemampuan Corvine tidak perlu diragukan dalam bertarung, membaca pikiran, melihat sesuatu dan menahan emosi. “ penjelasan Brian dengan datar.
“ Benar, Covine lebih kuat dari pada Darkens. Sebenarnya aku bukan terlahir dari vampir, tapi aku diciptakan menjadi vampir. Lantas kalau kamu vampir Corvine, kenapa tubuhmu…. “
“ Iya, tubuhku berbau manusia karena aku memakai jaket manusia dan kadang-kadang tidak bau manusia, karena bau itu tidak menentu. Dan kalau aku tidak memakai jaket ini, aroma tubuhku yang asli akan tercium dan itu sangat menyengat aromanya. Bukan menyengat tidak enak, melainkan sebaliknya…. “ Brian berhenti bicara.
“ Beraroma memikat manusia? “ jawabku ragu.
“ Benar. “
“ Tapi, kenapa gitu?” tanyaku bingung.
“Aku nggak tau hal itu. Karena jujur, aku nggak mau hidup jadi vampir, jadi aku nggak mau mendalami tentang vampir.”
“ Oke. Lebih baik sekarang kita kembali ke kelas karena jam udah nunjukkin ujian mau dimulai. “ ajakku.
“ Oke.”
S |
aat ujian, aku merasa Brian mengawasiku, entah itu benar atau tidak. Itu hanya perasaanku. Vampir Darkens tidak peka terhadap perasaan yang benar, artinya aku lemah terhadap kekuatan yang memakai perasaan. Well, aku nggak begitu tergantung sesuatu yang menggunakan perasaan dan aku pikir aku salah kalau Brian mengawasiku. ‘ Apa gunanya juga dia ngawasin aku? Nggak penting ’ kataku dalam hati.
Selesai ujian kami langsung pulang, kali ini Brian ngajak aku pulang bareng, ‘ Nggak biasanya ini anak ngajak aku pulang bareng. ‘ bisikku sendiri. Dengan senang hati aku mau di ajaknya, karena kapan lagi ada kesempatan berdua sama dia? Toh aku juga suka sama dia. Brian nggak langsung nganter aku ke rumah, dia ngajak aku ke taman. Kali ini tamannya lebih bagus dari pada taman belakang sekolah. Sikapku kini udah nggak dingin ke dia, why ? Entahlah, aku nggak tau. Mungkin karena aku mengetahui kalau dia juga vampir atau yang lain. Brian mengawali pembicaraan kita, seperti biasa. Saat dia berbicara aku membeku, nggak bisa bicara dan bergerak dan tiba-tiba……
“ Sudah lama aku memendamnya. Kamu perempuan yang paling cantik, meskipun vampir, tapi kamu tetep paling sempurna bagiku. Meski kata anak-anak kamu tomboy, tapi bagiku kamu sama seperti wanita lainnya, meskipun kamu tidak suka pake rok tapi kamu tetap cantik kalo pake jeans. Kulitmu seputih mutiara, bahkan mutiara dan permata kali cantik dan kalah putih denganmu. Aku mau mengungkapkan, kalau aku suka sama kamu dan aku berharap kamu juga begitu sama aku. “ katanya dan aku tetap terdiam, “ Jangan membeku, bagaimana aku mencairkanmu?”
Saat tangannya yang sama dinginnya denganku menyentuh kulitku, aku bisa bicara dan aku mencair dari kebekuan.
“ Oke, aku jujur. Aku juga suka sama kamu. Aku juga sudah lama memendam perasaan, hanya saja aku belum tau kalau kamu vampir juga jadi aku nggak berani untuk mengatakan. Karena nggak mungkin aku suka sama manusia. “ balasku dengan tenang dan senang.
“ Well, kita sama-sama vampir, saling cinta dan…. “
“ Aku tau maksudmu, tapi aku harus bilang sama kakakku. “ aku memotong pembicaraannya.
“ Oke, kalau begitu sekalian aku antar kamu pulang dan…”
“ Mengenalkanmu pada kakak-kakakku?” potongku lagi sambil menarik tangannya.
Brian hanya diam saja, tidak merespon kataku.
“ Ayo masuk, ini rumahku. Lebih tepatnya rumah kak James. “ ajakku ke Brian.
“ Kak James !!! “
“ Stevana, kenapa kamu membawa…. ? Bukankah kamu sudah berjanji tidak akan membawa dan memberitahu….” suara kak James dari kamarnya.
“ Oh iya, aku lupa kamu harus melepaskan jaketmu. Karena jaketmu bau manusia, jadi kakakku mengira aku membawa manusia ke sini. “ kataku ke Brian.
“ Oke. “ balas Brian tenang dan melepaskan jaket manusia nya.
“ Kak James, ini bukan yang seperti kakak bayangkan. Dia bukan manusia, dia vampir kak. Lebih tepatnya dia kekasihku sekarang kak. Keluar lah.“ kataku dengan malu.
“ Vampir? “ suara kak James tegang dan keuar dari kamarnya.
“ Iya kak, sini kak. Mendekatlah, aku perkenalkan dia. “ ujarku meyakinkan kak James, “ Kak, ini Brian Corvine. Panggil aja Brian. “
“ Brian, ini kak James Darkens atau kak James. “ kataku memperkenalkan mereka satu sama lain.
“ Senang bertemu denganmu, Brian. “ kak James kelihatannya senang akan kehadiran Brian and aku rasa nggak ada masalah di antara mereka.
“ Senang juga bertemu denganmu, kak. “ balas Brian.
“ Ohh, jangan panggil kakak. Aku terlihat tua bagimu. Panggil saja James, biar terlihat seimbang dengamu. “ canda kak James, “ Brian lebih baik kamu menginap di sini saja, karena kamu juga vampir dan nggak mungkin tidur and kalau mau tinggal di sini saja. “ tawaran kak James cukup buatku terkejut. Begitu cepat rasanya kak James sudah akrab dengan Brian.
“ Oke, kalo itu tidak merepotkan. Trims James. “ Brian menerima tawarn itu.
“ No problem. “
P |
agi sudah tiba aku dan Brian berangkat sekolah bersama. Sampai sekolah anak-anak terkejut karena mereka melihat hal yang nggak biasa. Nggak biasanya aku bareng sama Brian, tapi hari ini aku bareng and Brian menanggapi mereka cuek bebek aja. Sikapku dengan dia berubah, nggak dingin lagi. Aku dan dia sangat terlihat kalau pacaran, ‘ Emang ada istilah pacaran dalam hidup vampir? Aku baru tau, kalau itu emang ada. Tapi, biarin lah ‘ bisikku dalam hati.
Saat aku lagi bercanda tawa dengan Brian di kelas, tiba-tiba guru Kimia masuk dan membawa siswa baru dan aroma siswa itu sangat menggodaku.
“Stevana, tenang. Lawan semua nya. Lawan.” Brian mencoba menahanku.
“Aku nggak bawa sorum.” kataku saat mencari sorum di tas, tapi nggak ada. Aku lupa membawa sorum. Mataku berubah menjadi merah, kacamata yang ku pakai tidak dapat menahan warna mataku.
“Kamu berubah. Kamu harus tahan emosi mu, kacamata mu nggak bisa melindungi warna mata vampir mu.” Brian menggenggam tanganku erat-erat dan memelukku, tapi emosi dan dahagaku tidak dapat ku kendalikan, mereka menguasaiku. Dengan terpaksa Brian mengeuarkan tenaganya untuk menyakitiku. Aku tak sadarkan diri dan Brian langsung membawaku pulang ke rumah.
S |
aat di rumah, aku di beri kak James dan kak Evan sorum sebanyak-banyaknya. Tapi sudah terlambat, keadaanku parah.
“Ada apa, Brian?” tanya James panik, saat aku sampai di rumah dan di bawa pulang Brian dalam gendongannya.
“Kacau !!!”
“Bawa dia ke kamar, sekarang !!!” perintah kak Evan.
Aku di baringkan di atas kasur yang putih oleh Brian. ‘Aneh, kenapa dia kamar ini ada kasurnya? Dia vampir,masak dia tidur?’ umpatnya.
“Yeah… Dia tidur. Aku dan Evan hanya mejaganya saat dia tidur, memandangi wajahnya yang cantik dan putih bersih itu.” jawab kak James, dia bisa baca pikiran Brian.
“Kita harus kasih dia sorum.” kata kak Evan.
“Terlambat.” sambung kak James, sia-sia.
Aku masih belum sadarkan diri, Brian, kak James, kak Evan dan yang lainnya khawatir akan keadaanku. Mereka membuat rencana untuk menyembuhkanku dan itu butuh waktu yang lama, jadi kak James memutuskan untuk menghadap kepala sekolah dan mengatakan aku akan pindah, tapi yang sebenarnya aku akan di rawat dalam jangka waktu yang lama. Brian juga merawatku.
B |
erbulan-bulan keadaanku masih memburuk, Brian tetap setia merawatku. Sudah lama tidak bertemu dengan teman-teman dan tidak melihat sekolah. Kini namaku di sekolah itu hanya kenangan. Kenangan tentang Stevana Friska Iana adalah gadis tomboy yang beruntung mendapatkan Brian Corvine, gadis bintang sekolah mendapatkan pria bintang sekolah, walau tomboy dia rajin dan baik sesama temannya, dan teman-temanku membuat buku khusus. Buku itu menceritakan tentang diriku, tapi dalam buku itu aku di anggap manusia. Mereka membuat buku itu tujuannya adalah supaya adik-adik kelas nanti tau tentang aku, walau aku nggak akan ke sekolah itu. Kemungkinan begitu. Buku itu berjudul, Stevana Friska Iana, gadis tomboy yang baik dan care sama temannya. Aku senang teman-temanku masih mengingatku dan semoga yang membaca buku itu senang.
Aku nggak tau sampai kapan keadaanku begini. Terbaring lemah di kasur dan di rawat oleh orang-orang yang aku sayangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar