esicant Primata Charlotte Hole, panggil aja Charlotte. Lahir di Cina, papa asli Jepang, mama asli Cina. Charlotte punya kakak laki-laki namanya, Victor Josh Hole. Dia lahir di Jepang. Tapi, banyak orang bilang Charlotte mirip papa dan kak Victor mirip mama. Padahal, kak Victor lahir di asal papa dan Charlotte lahir di asal mama. Seharusnya Charlotte mirip mama dan kak Victor mirip papa. Tapi, nyatanya…. Kebalikan dari itu.
Awalnya tinggal di Jerman, bareng mama dan papa. Namun, Charlotte dan Victor akan pindah ke Indonesia, karena dia pengen nyobain suasana baru. Berkumpul sama orang Indonesia dan berbahasa yang beda. Well, untungnya mama dan papa nya ngebolehin dia dan kakak nya tinggal di Indonesia.
Di Indonesia Charlotte dan Victor tinggal di rumah mereka sendiri atau lebih tepatnya rumah itu milik papanya. Jadi mereka berdua nggak susah payah nyari rumah buat tinggal.
ari ini hari pertama Charlotte masuk sekolah di Indonesia. Dengan manja dia minta dianterin sama Victor ke sekolah. Karena dia belum tau dimana sekolahnya, Victor yang tau karena sudah diberitau papa alamatnya.
“Hey, tukang molor… Ayo bangun!! Anterin aku ke sekolah.” teriak Charlotte didepan kamar kak Victor.
“Hey…. Nyari sapa kamu?” suara lantang seorang laki-laki dibelakangnya.
“Loh, kok??” sahut Charlotte bingung.
“Kali ini, kamu yang telat bangun. Charlotte…..” sambung Victor.
“Tumben, kak?” tanya Charlotte bingung lagi.
“HALAH… Nggak penting. Sekarang yang peting, kamu mau apa nggak aku anter ke sekolah baru, mu?” tanya Victor
“Iya donk, harus itu. Kau kan kakak cowokku satu-satunya dan tugasnya sebagai kakak cowok harus ngelindungin, ngebahagiain adik cewek satu-satunya ini dan cuma kakak yang tau sekolahku dimana.” panjang lebar Charlotte berkata.
“Kamu sarapan dulu atau nggak?” tanya Victor lagi.
“Aku rasa nggak perlu deh kak. Aku bawa bekel aja.” balas Charlotte.
“Oke, kamu siapin bekel mu. Aku mau nyiapin mobil.” sambil berlalu keluar rumah.
“Oke deh, kak.” sambil berlalu menuju dapur untuk memepersiapkan bekelnya.
5 menit kemudian……
“Ayo, berangkat!” ajak Charlotte.
“Silahkan, Charlotte adikku tersayang.” kata Victor sambil membuka pintu untuk Charlotte.
“Makasih, kak Victor ku tersayang.” balas Charlotte sambil tersenyum manis ke kakaknya.
“Hey, guys. Siapa dia?” tanya seorang cewek, saat charlotte masuk kelas.
“Denger-denger sih dia anak pindahan dari Jerman.” balas temen sampingnya.
“Cantik, juga ya dia.” sambung cowok yang ada disebelah cewek yang tanya tadi.
“Hey, Jake!” teriak cewek itu.
“Apa? Nggak terima? Apa jealous? Aku bilang faktanya kok. Nggak ngada-ada.” kata cowok itu.
“Huuh, dasar nyebelin.” cewek itu bangkit dari bangku yang dia duduki tadi.
“Hey, Sheryl. Sudah lah, ngapain ngurusin cowok nyebelin ini? Ke kantin aja lah, yuk!” ajak temen ceweknya.
“Bener banget, Cher. Ayo ke kantin aja dari pada disini.” balas cewek tadi.
“Sana. Husss. Pergi sana… Dasar cewek nyebelin.” usir cowok itu.
Saat cewek itu dan temen ceweknya lewat disebelah Charlotte, dia ngeliat Charlotte dengan tatapan yang sinis banget. Mungkin karena Charlotte murid baru disini, jadi mereka bersikap dingin.
“Hey Cantik.” sapa cowok tadi dan menghampiri Charlotte.
“Hey, juga.” balas Charlotte.
“Anak baru, ya? Soalnya baru liat dikelas ini.” tanyanya lagi.
“Iya.” balas Charlotte lagi.
“Nggak enak ngobrol didepan kelas. Mau duduk dimana?” tanya cowok itu lagi.
“Terserah, yang penting dapat duduk.” Jawab Charlotte lagi.
“Duduk sama aku saja. Kan cuma aku yang baru ngobrol sama kamu.” katanya.
“Apa cewek tadi nggak marah?”
“Siapa? Sheryl, marah? Biarin lah, cuek aja. Udahlah duduk sama aku.”
“Baiklah, kalo kamu maksa.”
Akhirnya Charlotte duduk sama cowok yang mengajaknya duduk bareng. Charlotte belum kenalan dengan cowok itu, tapi feelingnya bilang kalo cowok itu baik.
“Silahkan.” cowok itu mempersilahkan Charlotte untuk duduk.
“Thanks.”
“You’re welcome.” cowok itu menyunggingkan senyum manis ke Charlotte, “Oh, iya. Tadi kita belum kenalan… Kenalin. Aku Jake Sam Hanson. Jake, lebih enak untuk panggilanku.” Jake mengulurkan tangannya pada Charlotte sebagai lambang perkenalan.
“Vesicant Primata Charlotte Hole, ponggil aja Charlotte.” membalas uluran tangannya.
“Waw, namamu panjang banget. Tapi bagus kok, pantes buat cewek secantik kamu.” rayuan gombal dari cowok itu, Jake.
“Terimakasih.” balas Charlotte dan melepaskan tangannya dari Jake.
Selesai berkenalan dengan Jake, ada seorang cowok masuk ke kelas baru Charlotte. Welll,,, dia keren banget… Apa dia juga murid kelas sini? Kalo beneran? Waw,, betapa senangnya Charlotte.
“Jake, siapa dia?” tanya Charlotte penasaran.
“Emm, dia kakakku.” balas Jake.
“Kakak mu? Kandung?” tanya Charlotte lagi.
“Iya. Memang secara fisik aku dan dia berbeda, dia jadi idola satu sekolah. Karena dia emang keren. Abangku tipe cowok yang lebih diam dari pada aku. Aku bukan tipe cowok yang pendiam.” jelasnya.
“Kalian berdua sama-sama keren, hanya saja tidak begitu mirip.” ucap Charlotte.
“Satu lagi yang membedakan aku dengannya.” Kata Jake
“Apa?” tanya Charlotte.
“Belum ada yang bisa memikat hatinya disekolah sini dan diluar sekolah juga belum ada. Kalo aku sudah banyak cewek yang memikatku, tapi hanya satu yang bikin aku tertarik.”
“Siapa?” tanya Chalotte lagi.
“Sheryl Clare Tanya.” jawab Jake.
“Tuh kan bener dugaanku. Kamu pasti pacaran sama dia. Aku pindah aja deh dari sini, aku nggak mau punya musuh di hari pertamaku masuk sini.” Charlotte beranjak dari kursi berniat untuk pindah, tapi Jake menarik tangannya.
“Tunggu. Jangan pindah. Itu dulu, sekarang perasaan itu berubah. Sekarang sikapnya berubah makanya aku putusin dia. Dan apa kamu tau, siapa sekarang yang memikat hatiku?” masih menarik tangan Charlotte dengan tatapan dan senyuman yang menggoda.
“Siapa?” Charlotte kembali duduk dan memasang wajah penasaran.
“Kamu.” ucapnya.
“HAH?” teriak Charlotte dengan bingung.
“Lupakan….” balasnya.
“Eehheemm…” deham seorang cowok. Dan ternyata itu deham cowok yang baru masuk kelas, tepatnya kakak kandung Jake.
“Halo, kak.” sapa Jake dengan girang.
“Lepasin tanganmu dari cewek itu.”
“Uppsss. Sorry, Charlotte!”
“Ya, nggak pa-pa.”
“Kak, dia anak baru disini.” jelas Jake ke kakaknya.
“Jake, tanpa kamu kasih tau aku udah tau. Secara dari segi muka aja asing, nggak pernah keliatan dikelas ini.” protes kakaknya, dan memalingkan wajahnya ke Charlotte. “Hey.”
“Hey, juga.” balas sapa Charlotte.
“Pindahan dari mana?”
“Seharusnya kakak itu tanya nama dulu, bukan dari mana.” sambung Jake.
“Nggak pa-pa, Jake. Terserah dia lah.” ucap Charlotte ke Jake dan memalingkan wajah ke kakaknya Jake lagi, “Jerman.”
“Waw… Okelah. Nama nya?” tanya dia.
“Vesicant Primata Charlotte Hole, ponggil aja Charlotte.”
“Hole?” suaranya terdengar aneh.
“Iya, Ada apa memang?”
“Oh.. Ng….gak ada apa-apa.” suaranya terbata-bata tapi tetep keren, “Gimana kalo kamu duduk disebelahku? Soalnya disebelahku kosong, Kalo disini kan sudah ada penghuninya.”
“Gimana, ya? Lihat dari guru nya aja deh.”
“Baiklah.” suaranya, cowok itu kembali normal.
Nggak lama pak guru pun masuk ke kelas Charlotte. Tapi sebenarnya, guru itu adalah teman papa Charlotte. Di sini Charlotte harus memanggil “PAK”, bukan “OM”.
Yeah, Charlotte sekolah di Indonesia, sekolah di sekolah milik papanya. Tapi, dia merahasiakan itu dari teman-temannya.
“Hari ini kita kedatangan murid baru dari Jerman.” kata Om Guan, maskudnya pak Guan, “Charlotte, kemari. Perkenalkan dirimu.”
Perlahan-lahan Charlotte maju mendekati pak Guan dan nggak lama, Sheryl cewek yang menatap Charlotte dengan sinis tadi masuk ke kelas.
“Sorry, pak. Telat.” katanya dengan wajah menunduk.
“Duduk.” bentak pak Guan.
“Loh, kok ada…?” tanya Sheryl bingung.
“Ini tasnya Charlotte.” jelas Jake.
“Sudah duduk saja.” bentak pak Guan lagi.
“Iya… Pak.” tanpa banyak bicara, cewek itu langsung duduk.
“Charlotte, perkenalkan dirimu.”
“Baik, pak. Perkenalkan nama ku, Vesicant Primata Charlotte Hole, ponggil aja Charlotte. Aku dari Jerman, aku pindah ke sini karena ingin tau bagaimana negara Indonesia dan aku tinggal di sini sama kakak laki-laki ku. Orang tuaku tinggal Jerman. Aku dan kakakku memang sengaja tidak tinggal dengan orang tua karena kami rasa sekarang waktunya kami untuk hidup sendiri dan hidup dinegara lain…. Terimakasih.”
“Baik. Kalau gitu, kamu duduk sama Felix Gyro Hanson. Karena dia sendirian dan hanya itu bangku satu-satunya yang kosong.” Pak Guan memalingkan wajah ke cowok yang dimaksud pak Guan, “Felix, apakah kamu keberatan kalau Charlotte duduk disebelahmu?”
“Oh, tidak pak. Justru dengan senang hati saya menerima Charlotte duduk disebelah saya.” balas cowok itu dengan senyuman.
“Oke Charlotte, silahkan duduk ditempatmu dan kita akan mulai pelajaran.”
“Baik, pak.” Charlotte menuju ke bangku cowok itu dan mengambil tas nya dari bangku Sheryl. Dalam hati Charlotte berkata ‘oh my god’ aku satu bangku sama dia. Cowok paling keren dikelas ini dan paling keren juga satu sekolah, waw….
“Felix Gyro Hanson.” mengulurkan tangannya saat aku sampai dibangkunya.
“Kurasa aku tidak perlu menyebutkan namaku lagi.”
“Terserah, saja.” menarik tangannya kembali, “Akhirnya kamu duduk denganku juga, kan?”
“Ya.”
“By the way, kamu cantik juga kalo diliat sedekat ini.”
“Apa?”
“Oh, tidak apa-apa. Lupakan.”
Selama pelajaran pak Guan, Felix, menatap Charlotte terus dari awal pelajaran sampai akhir pelajaran. Charlotte tau itu, tapi dia tetap bersikap biasa aja.
“Char, ke kantin yuk!” ajak Jake.
“Ayo!” Charlotte membalas ajakkannya.
“Jake!” sapa Sheryl.
“Apa?” tanya Jake sinis.
“Ke kantin bareng aku ya? Aku juga mau minta maaf soal tadi pagi.” kata Sheryl.
“Sorry, aku udah bareng sama Charlotte.” tolak Jake.
“Jake, sana sama Sheryl aja. Biar Charlotte sama aku.” ucap Felix
“Iya udah, ayo deh sama aku.” suara Jake terpaksa mengucapkan kata itu. Dia ingin Charlotte yang pergi dengannya ke kantin, bukannya Sheryl.
“Nggak seharusnya kamu gitu sama adikmu sendiri, Felix.” protes Charlotte.
“Jadi kamu nggak mau ke kantin sama aku? Oke.” kata Felix lalu pergi ninggalin Charlotte dengan perasaan kesal.
“Felix tunggu, bareng kamu? Emm… Aku mau bareng kamu ke kantin.” Charlotte menarik tangan Felix yang mau ninggalin dia pergi.
“Oke, yuk kita ke kantin. Terus habis dari kantin aku ajak kamu ke suatu tempat.”
“Baiklah.” Charlotte ke kantin sama Felix dan tanpa sadar dia dan Felix gandengan tangan sejak dari kelas sampe di kantin. Tapi Charlotte ngerasa nyaman banget kalo deket sama Felix dan gandengan sama dia. Felix juga, dia juga nggak ngelepasin gandengan itu… Betapa senengnya Charlotte bisa bareng ke kantin sama cowok keren se sekolah dan membuat para cewek yang ngeliat dia “ENVY” berat…
“Felix, ada apa kamu natap aku kayak gitu?” tanya Charlotte bingung.
“Aku… Yakin, nanti cowok kamu pasti betah kalo jalan sama kamu.” sahut Felix.
“Maksudnya? Lagian aku nggak punya cowok, tau.” protes Charlotte.
“Kamu nggak sadar, ya? Apa kamu sengaja?” balik tanya Felix.
“Aku nggak ngerti maksudmu.” ucap Charlotte dengan bingung lagi.
“Lihat…” menunjukkan tangannya, “Gimana caranya aku mau beli jajan kalo tanganmu masih gandeng tanganku, Charlotte.”
“Uppps…” melepaskan tangan Felix dari gandengan Charlotte, “Sorry banget, ya Felix. Aku… Aku beneran nggak sadar tadi.”
“Iya udah nggak pa-pa. Aku beli jajan dulu dan kamu tunggu disini aja. Jangan kemana-mana.”
“Oke.” jawab Charlotte.
“Silahkan duduk, my princess.” kata Felix saat sampe di taman.
“Oh… Ok… Thanks.” kata Charlotte terbata-bata.
“Aku harap kamu tidak gerogi berdua disini denganku.” kata Felix dengan melirik Charlotte.
“Oh, tidak. Aku justru senang bisa berdua sama… Oh sorry. Maksudku, bisa ada disini dan duduk sama kamu. Aku senang kamu ajak kemari. Karena baru awal masuk, aku sudah mendapatkan hal ini dari cowok seperti kamu.” kata Charlotte mencoba menenangkan diri sendiri karena dia gerogi berdua ditaman sama cowok sekeren Felix.
“Jujur saja. Aku pertama kalinya bawa cewek ke tempat ini dan kamu cewek pertama yang bisa sedekat ini denganku. Bahkan bergandeng tangan denganku selama tadi.” ungkap Felix.
“Hey?? Apa kau mencoba menyindirku?” kata Charlotte dengan nada meninggi.
“No…No…No… Aku nggak bermaksud nyindir kamu tapi aku mengatakan yang sejujurnya.”
“Oke… Lalu, sekarang kita ngapain disini dan apa tujuanmu bawa aku kemari?” tanya Charlotte heran.
“Tujuanku bawa kamu kesini karena aku……” Felix diam begitu saja dan suaranya terputus.
“Felix? Are you ok?” tanya Charlotte khawatir.
“Yes, I’m ok.”
“Kamu mau bilang apa? Karena kamu apa?”
“Tidak, Charlotte. Tidak apa-apa.” suara Felix terdengar tegang.
“Oke kalo gitu.”
-----------Bel masuk kelas----------
“Sudah bel, kita masuk yuk!” ajak Charlotte sambil berdiri dari bangku taman, tapi Felix malah….
“Tunggu, Charlotte.” ucapnya dan menahan tangan Charlotte.
“Ada apa? Bel sudah berbunyi, nanti kita telat masuk.”
“Duduklah sebentar. Aku ingin bilang sesuatu.”
“Oke.” Charlotte duduk kembali dan memandangi wajahnya, “Mau bilang apa?”
“Kamu cewek yang super duper triple cantiknya luar biasa. Baru kali ini aku liat dan menjumpai cewek secantik kamu.” kata Felix terdengar berlebihan memuji Charlotte.
“Felix, sudahlah. Jangan berlebihan memujiku. Lebih baik sekarang kita masuk aja.” Charlotte beranjak berdiri dan melepaskan tangannya dari tangan Felix.
“Charlotte.” teriaknya. Felix berdiri dari kursi dan apa yang terjadi??? Felix menarik tangan Charlotte lagi dan kali ini Charlotte bener-bener ngerasa… berada di pelukan Felix. Charlotte merasakan Felix mendekapnya begitu erat. Fisiknya mencoba untuk melepaskan diri dari pelukan Felix, tapi perasaannya tidak mendukung… SIAL…
“Charlotte, aku ingin kamu selalu di dekatku. Aku ingin tanganmu selalu menggenggam tanganku.” kata-katanya membuat Charlotte terdiam bingung.
“Felix, lepaskan aku dari pelukanmu.” ucap Charlotte sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Felix.
“Oke. Aku akan melepaskanmu.” ucap Felix sambil melepaskan Charlotte dari pelukannya.
“Begini lebih baik.” ucap Charlotte, “Sebenarnya, apa yang kamu inginkan dari aku?”
“Aku ingin kamu selalu ada disampingku.”
“Apa maksudmu?” kata-katanya yang semakin mengada-ada membuat Charlotte makin bingung.
“Aku nggak bisa katakan sekarang, tapi aku yakin. Suatu saat kamu akan tau apa yang aku maksud.”
“Ok, ok. Aku ngerti, aku nggak begitu ngerti tentang kata-katamu tadi. Karena sejujurnya, sorry. Aku cewek yang cuek kalo soal percintaan.” ucap Charlotte.
“Ok. Aku juga cowok yang cuek tentang hal itu, tapi. Hanya kamu, kamu Charlotte. Just You... Yang udah bikin aku seperti ini.” jelas Felix.
“Sudahlah, Felix. Hentikan semua ini. Aku mau masuk kelas. Kamu hanya membuang waktu ku saja.” Charlotte mencoba menghentikan omong kosong ini.
“Sorry.” suara Felix melemah, “Kita masuk kelas bersama-sama.”
“Oke.”
“Satu lagi.” kata Felix.
“Apa?” jawab Charlotte.
“Bolehkan aku panggil kamu, my princess?”
“What?” teriak Charlotte.
“Please.” Felix memohon dan menarik tangan Charlotte lagi.
“Oke, terserah kamu saja. Asalkan jangan panggil, beauty. Karena aku nggak suka di panggil gitu.. Apa aku boleh panggil kamu, Mr. Cool?” ucap Charlotte.
“Mr. Cool and Princess.” sambung Felix.
“Kedengarannya aneh dan langka.”
“Tapi itu ada pada kita, Charlotte.” kata Felix sembari menatap Charlotte.
“Yeah. You’re right.”
“Gandenglah tanganku dan kita akan ke kelas.”
“Felix ?!”
“Please….” pinta Felix.
“Oke.” mau tidak mau Charlotte melakukannya, karena sebenarnya dia mau melakukan itu. Dia senang bisa bersama Felix kemana aja dan berjalan dengannya sambil berpegangan tangan…
“Hey, ngapain?” teriak Charlotte, saat Jake menarik tangannya.
“Pulang sama aku, yuk!” jawab Jake.
“Sorry, jake. Aku udah di jemput kakakku. Lain kali ya.”
“Kakakku atau kakakmu?” tanya Jake dengan nada jealous.
“Ya kakakku lah. Lagian aku juga nggak janjian sama Felix buat pulang bareng.” jelas Charlotte, “Sudah, ya Jake. Aku mau pulang dulu, kakakku sudah nunggu aku didepan. Bye….”
“Charlotte, tunggu…” teriak Jake, tapi Charlotte pura-pura tidak mendengar.
Saat di depan sekolah, dia ngeliat mobil kakaknya. Tapi, kemana dia? Kok nggak ada dimobil?, batin Charlotte.
“Halo, cantik.” sapa Felix, saat Charlotte sudah berada di mobil Victor dan menunggu Victor datang.
“Felix?” ucap Charlotte sedikit tersentak.
“Yap…. Kenapa?”
“Kamu hampir aja bikin aku mati duduk tau nggak?” protes Charlotte.
“Sorry, my princess. Emmm, jadi ini mobilmu?”
“Milik kakakku tepatnya.”
“Lalu, kakakmu mana?”
“I don’t know.”
Nggak lama, Victor datang… Saat Charlotte dan Felix mengobrol.
“Sorry, Char. Aku nggak bilang dulu kalo aku habis keluar bentar cari angin.” jelas Victor.
“Nggak pa-pa, kak.”
“Siapa dia?” tanya Victor, melihat Felix ada di sebelah mobilnya.
“Kenalin kak, dia Felix. Teman sebangku ku dikelas.” jawab Charlotte.
“Well, well. Rupanya adikku yang paling cantik ini udah dapet cowok di….. Maksudnya temen cowok dihari pertama masuk. Good job, Char.”
“Apa sih, kak. He just my friend. No more.” protes Charlotte.
“Yayaya, terserah kau saja.” mengulurkan tangannya ke Felix, “Victor Josh Hole.”
“Felix Gyro Hanson.” membalas uluran tangan Victor.
“Felix, apa kau mau bareng dengan kita?” tawar Victor.
“Kak Vic!” bentak Charlotte.
“Come on! Hanya tawaran, Char.”
“Thanks. Aku bawa mobil sendiri dan aku juga sudah di tunggu sama adikku.”
“Oke. Kalo ada waktu main kerumah ya?”
“Tapi dia nggak tau rumah kita, kak Vic.”
“Griya Garuda blok B---15. Tau kan Griya Garuda?” kata Victor.
“Oke… Tau, soalnya di sana ada rumah temanku. Aku sering main ke sana.”
“Well, semakin mudah jalan ke rumah. Hahaha…. Duluan, ya, Felix.” ujar Victor geli. Tingkah laku kakaknya itu makin bikin Charlotte kesal.
“Hey, buka pintu kamar mu Charlotte. Kalo tidak, aku dobrak sekarang.” teriak Victor yang super duper kenceng sambil ngetok pintu kamar Charlotte sekencang mungkin.
“Haduh, apa sih kak. Aku capek, ngantuk.”
“Bangun… Ada tamu.”
‘TAMU? Jam segini? Siapa ya?’ batinnya, “Yayaya.”
“Cepetan !!!”
Charlotte langsung bangun, keluar kamar dan menuruni tangga…..
Sampe ruang tamu,, waw, ternyata…
“Felix?” ucap Charlotte kaget.
“Hey, my princess.” balas Felix sembari menyunggingkan senyum manis.
“Waw, ternyata kalian sudah punya nama kesayangannya, ya? Good, Chalotte.” sambung Victor.
“Kak, bisa tinggalin kita berdua nggak?”
“ Aku tinggalin kalian berdua, nggak akan ganggu deh. Tapi jangan bersikap aneh-aneh kalian berdua, ya?!”
“Iya ya, kak.”
Perginya kak Victor dari ruang tamu, Charlotte langsung duduk di samping Felix.
“Ada apa kamu kesini?” tanya Charlotte bingung.
“Aku nggak ganggu, kan?”
“Nggak, tapi heran aja ngapain kamu kesini? Jam segini pula.” lanjut Charlotte.
“Hanya ingin mastikan rumah mu.” jawab Felix santai dan menatap Charlotte, “Keluar, yuk!”
“Emm? Aku bilang sama kak Victor dulu.”
“Silahkan. Asal jangan diatas jam 9 malam pulangnya.” Kata Victor tiba - tiba
‘Sial,,,, ternyata kak Victor dari tadi ngintip and nguping obrolanku sama Mr.Cool.’ batin Charlotte.
“Aku ganti dulu.”
“Oke, jangan lama-lama ya. My princess.”
“Taman lagi?” tanya Charlotte saat mereka sampai di taman.
“Yeah. Kamu tidak suka?”
“No, no no. I like it.” balas Charlotte meyakinkan Felix.
“Oke. Lebih baik sekarang kita masuk ke taman itu.”
“Boleh kah, aku?” ucap Charlotte hati-hati.
“Baiklah.”
Tidak susah memberi kode ke Felix. Dengan cepat Felix sudah tau apa yang Charlotte maksud.
Sampe didalam taman mereka berdua tidak duduk dibangku taman, tapi duduk rerumputan taman.
“Charlotte, apa kau bahagia?” tanya Felix saat mereka duduk di rerumputan taman.
“Maksudnya?”
“Iya atau Tidak?”
“Aku bahagia.”
“Bagus.”
“Sekarang jawab pertanyaanku tadi. Apa maksudnya?” tanya Charlotte.
“Aku hanya memastikan. Apa kau bahagia berada di sampingku.”
“Felix, kalau aku tidak bahagia. Mana mungkin aku meminta seperti ini. Menggandeng tanganmu, mau kamu ajak kemari dan…” Charlotte berhenti bicara.
“Dan apa?”
“Dan berada dekat sekali denganmu.” lanjut Charlotte.
“Trims, Char. Kamu sudah mau menjadi bagian hidupku.”
“Sama-sama.” balas Charlotte, ‘Andai saja, aku dapat mengungkapkan perasaanku. Awal melihatmu, aku ngerasa ada yang berbeda denganmu. Aku selalu ingin di sampingmu, selalu ingin menggandeng tanganmu, dan aku selalu merasa bahagia, tenang, nyaman didekatmu. Mr.Cool….. Apakah ini yang di namakan CINTA? Entahlah, aku tidak tau. Mungkin untuk kali ini aku akan memendam perasaan itu.’ batin Charlotte.
Charlotte dan Felix berbaring di atas rumput taman dan memandang langit yang saat itu sangat indah.
“Bulannya tampak cantik, ya?” ucap Charlotte disuasana yang hening saat itu.
“Sama seperti cewek di sebelahku.” sambung Felix.
“Nggak. Aku nggak mau di samakan dengan bulan. Soalnya bulan itu nggak cantik. Bentuknya aja lubang-lubang gitu, dari mana cantiknya?”
“Kamu itu, pinter banget kalo hal gini.”
“Iya donk. Aku nggak terima di samakan cantiknya dengan bulan. Lebih baik dengan bintang, karena bintang selalu bersinar di malam hari dan sinar itu sinarnya sendiri, bukan biasan matahari.” jelas Charlotte, ‘dan aku akan selalu menyinarimu di malam hari saat bulan redup, andai aku jadi bintang mu. Mr.Cool’ batin Charlotte.
“Ternyata enak juga berdua di taman malam hari gini sama seseorang. Apa lagi ceweknya secantik kamu.”
“Dan ternyata, enak banget berduaan, berbaring di atas rumput taman dan di sampingku ada cowok yang paling kerena, bahkan kabar-kabarnya idola satu sekolah. Dan baru kenal tadi pagi, malam harinya sudah jalan berdua. Aneh, juga.” sambung Charlotte.
“Tidak bagiku. Ini hal yang seru.”
“Seru?”
“Yeah. Tadi pagi kenal sekarang jalan. Seru, kan? Perkenalan yang amat sangat sangat cepat dan singkat.”
“Yeah, kamu bener juga.” Charlotte melihat jam tangannya, “Felix, sudah jam setengah Sembilan. Sebaiknya kita….”
“Pulang karena besok kita sekolah dan aku juga sudah berjanji pada kakakmu untuk membawamu pulang sebelum jam sembilan.”
“Yeah, itu benar sekali.”
“Makasih, udah ajak aku jalan malam ini.” Ucap Charlotte seusai keluar dari mobil Felix.
“Sama-sama dan seharusnya aku yang berterima kasih. Karena kamu mau aku ajak jalan.”
“Oke, nggak masalah.” balas Charlotte.
“Besok boleh nggak aku jemput kamu? Kita berangkat bareng?”
“Aku tanya kak Vic.”
“Baiklah. Aku pulang dulu kalo gitu. Istirahat ya.”
“Oke.”
“Good Night My Princess.”
“Good Night Mr.Cool.”
Charlotte segera masuk kamar dan istirahat…..
Pagi hari jam 06.30 dia sudah bangun. Sudah mandi, sudah siap ke sekolah…
Saat turun tangga…
“Kak Vic aku udah siap. Ayo anterin aku sekolah!”
“Morning, My Princess.” sapa seorang cowok yang suaranya tidak asing untuk ia dengar, “Loh? Mr.Cool?” ucapnya bingung.
“Yeah… Sekarang biarin Felix yang nganter kamu. Lagian sekolah kalian kan jadi satu jadi….” sambung Victor.
“Lebih baik aku bareng Felix dari pada kakak anter? Huuh, nyebelin.”
“Jadi nggak mau bareng aku ke sekolah?”
“Bukan itu maksudku. Tapi….”
“Ini aku udah siapin bekel buat kamu, Char. Sekarang kamu berangkat sekolah sebelum telat.” kata Victor sambil nyodorin bekel ke adik tersayangnya itu.
“Kita berangkat dulu, ya kak!” kata Felix tenang sambil narik pingganng Charlotte dan keluar rumah.
“Hati-hati.” pesan Victor.
Charlotte di paksa masuk mobil Felix dan selama perjalan dia diam aja, karena masih sebel sama kakaknya dan Mr.Cool nya.
Dan sampe sekolah pun dia tetep diem sama Felix. Saat pelajaran pun tetep diem, tapi saat istirahat…..
“Hey, Charlotte. Aku liat dari tadi kamu diem aja. Ada masalah?” kata Jake, tiba-tiba muncul.
“Sebel sama kakakmu.”
“Ada apa emang sama dia?”
“Masak dia udah ada di rumahku pagi-pagi. Terus, narik aku masuk ke mobilnya dan beginilah. Hari ini aku berangkat bareng dia.” jelas Charlotte.
“Oh.”
“Kok hanya kata itu?” protesnya.
“Terus apa lagi yang mau aku katakan?” balas Jake santai.
“Terserah lah. Sana pergi…. Aku mau sendiri.”
“Baiklah.” sambil berlalu dari bangku Charlotte. ‘Sial banget aku hari ini… Semuanya nyebelin… Hari yang paling nyebelin.’ umpatnya dalam hati.
“Felix ayo cepetan. Anter aku pulang dan jangan ajak aku kemana-mana.”
“Baiklah.”
Dengan terpaksa Charlotte pulang bareng sama Felix, meskipun pada nyatanya, dia nggak mau bareng Felix. Tapi mau gimana lagi? Kakaknya nggak bakal mau jemput, karena ada Felix.
Sampe rumah Charlotte langsung masuk kamar dan mengunci pintu kamarnya. Dia nggak peduli kakaknya mau bilang apa dan tanya apa. Yang penting dia seharian setelah pulang sekolah ngurung diri di kamar dan nggak mau ngobrol sama siapapun dan dia rela nggak makan. Dia nggak peduli.
Nggak terasa hari udah pagi dan sudah berganti hari. Charlotte bisa menahan diri kemarin, nggak makan dari pagi sampe malem. Meskipun dia bawa bekel tapi toh itu nggak termakan… Mandi, berdandan dan siap-siap berangkat ke sekolah. ‘Kali ini aku mau kak Vic yang nganter aku kesekolah. TITIK.’ katanya saat selesai berdandan dan keluar kamar.
‘Charlotte, sayang. You ok?” tanya Victor khawatir saat adik nya sampe di meja makan.
“Yes.” jawabnya lemas.
“Sarapan dulu.” suruh Victor.
“Thanks, kak. Tapi sebaiknya aku berangkat ke sekolah sekarang.”
“Tapi dari kemarin kamu belum makan dan wajahmu telihat pucat, kalo kamu…”
“Kak, aku nggak pa-pa. Don’t wory. Aku mau ke sekolah sekarang. Jangan paksa aku untuk sarapan.” jawabnya dengan lemas.
“Oke, aku juga sudah siapkan mobil.”.
‘Yes….. Hari ini bukan Felix yang jemput.’ katanya dalam hati, gembira.
Sampe sekolah dia langsung masuk kelas dan duduk diam di bangku. Nggak lama Felix datang dan dia langsung duduk. Masih seperti biasa, setiap dia duduk di samping Charlotte Felix selalu menatap Charlotte.
Ada apa sih??? Tapi, tunggu. Kali ini tatapannya beda. Ekspresinya terlihat menyesal, khawatir dan semuanya jadi satu.
“Char, you ok?” tanyanya was-was.
“Yeah. Kenapa memang?” jawab Charlotte sinis.
“Wajahmu pucat sekali. Kamu belum sarapan?” tanyanya lagi.
“Bukan urusanmu.” bentak Charlotte.
Nggak lama guru pelajaran pertama datang dan pelajaran di mulai…….
Kali ini Charlotte istirahat sendiri. Meskipun tadi Felix ngajak, tapi dia nolak dan ke kantin sendiri. Sampe di kantin, kepalanya tiba-tiba pusing. ‘Aduh… Ada apa ini? Kepalaku sakit banget, sih. Apa gara-gara aku kemarin seharian nggak makan, ya? Terus, tadi juga nggak sarapan.’ tahannya dalam hati.
Sampe di kelas, Charlotte langsung duduk di bangku dan membuka jajan yang dibelinya. Tapi belum sempat memakan, bayangannya gelap dan BBRRUUKK !!!
Saat dia membuka mata, Charlotte terbaring. ‘Aku nggak ada di kelas. Dimana aku?’ tanyanya bingung sendiri.
“Kamu sudah sadar?”
“Aku kenapa? Kok ada di….”
“Kamu di UKS. Tadi saat jam istirahat kamu pingsan. Lalu Felix liat kamu. Awalnya Jake yang tau kamu pingsan, dia mau nolong kamu, tapi karena Felix tiba-tiba masuk kelas jadi Jake membiarkan Felix menolongmu. Felix juga yang membawamu ke UKS.” jelas anak cewek yang ada di samping Charlotte.
“Felix? Nolong aku? Aku di gendong kesini?” tanyanya bingung.
“Yaa. Sebaiknya kamu berterima kasih sama dia. Dia ada di depan ruangan, dari tadi dia menunggumu sadar. Tapi kamu nggak sadar-sadar jadi dia menunggu di depan. Sebentar, akan kupanggilkan dia.”
“Baiklah.” jawab Charlotte lemas. Dia bingung harus bilang apa sama Felix. Dia ngerasa bersalah sama Felix. ‘Memang Felix anak yang baik, tapi kenapa selama ini aku ngehindar dari dia? Aku nyesel marah sama dia waktu itu. Bodoh banget aku.’ katanya dalam hati dengan penyesalan.
Nggak lama Felix masuk ke ruang UKS, dan duduk di kursi yang ada di samping kasur dimana Charlotte terbaring.
“Felix?”
“Yes?”
“Aku minta maaf untuk…..”
“Sudahlah, itu bukan salahmu. Sekarang makanlah dan aku akan mengantarmu pulang. Kamu harus istirahat.” potongnya
“Thanks. Tapi sebaiknya….”
“Habiskan makananmu dan akan ku antar kau pulang. No comment.”
“Oke. Mr.Cool.” ucap Charlotte manis sambil memegang roti yang di berikan oleh Felix.
Charlotte melihat ekspresi Felix berubah saat Charlotte memanggilnya Mr.Cool. ‘Kenapa? Apa dia sudah nggak mau aku panggil itu, atau dia sebenarnya nggak memaafkanku atau…..’
“Aduh, kepalaku.” teriak Charlotte sambil memegangi kepalanya dan roti yang dia pegang jatuh di pangkuannya.
“Kenapa?” tanya Felix. Nadanya khawatir dan langsung memeluk Charlotte, “My Princess.”
‘Ternyata, dugaanku salah. Dia masih memanggilku itu dan dia…. Terlihat tidak marah padaku.’ batin Charlotte, “Sakit. Pusing. Aku nggak bisa deskripsikannya, yang pasti sakit banget kepalaku.”
“Aku bawa kamu kerumah sakit sekarang.” ajak Felix.
“Nggak usah. Lebih baik kamu bawa aku pulang. Biar kak Vic yang bawa aku ke dokter.”
“Oke. What ever.” katanya, langsung menggendong Charlotte.
“Felix, kamu tidak perlu menggendongku. Aku masih bisa jalan.”
“Aku tau, tapi dari pada kamu pingsan. Lebih baik kamu aku gendong aja, kalo pingsan sudah di pelukanku.”
Charlotte terdiam, dia mencermati kata-kata Felix. Dia ngerasa seneng banget kalo Felix bilang gitu. Tapi, setiap apa yang di lakukan Felix buat Charlotte, selalu bikin Charlotte senang, nyaman, tenang. ‘Apakah ini rasanya CINTA? Kalo benar, aku nggak mau kehilangan Felix untuk selamanya.’
Nggak terasa, dia sudah ada di dalam mobil Felix. Selama perjalanan pulang, Charlotte melihat wajah Felix. ‘Aku baru sadar kalo Felix bener-bener keren abis dan nggak salah dia jadi cowok nomer satu yang paling keren di sekolah.’
“Apa aku harus menggendongmu lagi untuk masuk rumahmu?” tanyanya yang sudah ada di sebelah pintu mobil.
‘Ya ampun, jadi aku udah sampe dirumah? Nggak kerasa, gara-gara liat wajah Felix aku jadi lupa jalan.’
“Oh, thanks. Aku bisa jalan sendiri.”
Charlotte keluar dari mobil Felix perlahan-lahan. Masuk rumah dan belum sampe teras, dia ngerasa pusing lagi. Kali ini pusingnya terasa lebih sakit dari pada yang tadi. BBRRRUUUKK!!
Charlotte membuka mata. Hanya tempat yang bercat putih, bau obat-obatan, dan melihat kakakknya tidur di sofa. Dia juga melihat Felix tidur di samping tangannya yang di infus. ‘Oh my god!!! Infus?? No…..’
“Kamu sudah bangun, Char?” tanya Victor yang baru saja bangun.
“Ya. Kenapa aku ada dirumah sakit? Aku mau pulang, aku benci tempat ini.” berontaknya.
“Hey, hey. Charlotte, adikku sayang. Kamu 2x pingsan, dan wajahmu pucat sekali. Aku sebagai abangmu khawatir, aku nggak mau ada apa-apa dengan adik cewekku satu-satunya ini. Makannya aku dan Felix bawa kamu kesini.” kata Victor menenangkan adiknya, bangun dari sofa dan mendekati adiknya.
“Itu benar. Kemarin kamu pingsan di sekolah. Aku ajak kamu kerumah sakit nggak mau, tapi kamu minta pulang. Aku anterin kamu pulang, tapi belum sampe teras kamu udah pingsan di taman. Aku bawa masuk kamu kemobilku, aku panggil kak Vic. Kita panik, jadi kita langsung bawa kamu kerumah sakit.” sambung Felix yang sudah bangun dari tidurnya.
“Kemarin?” tanya Charlotte bingung.
“Iya. Kenapa?”
“Berarti aku…..”
“Yaap. Kamu seharian kemarin belum sadarkan diri dan baru sekarang kamu bangun dari pingsan mu itu.” jawab Victor.
“Kak Vic, sorry. Aku nggak bisa jaga diriku sendiri. Aku… Aku nyesel sekarang masuk rumah sakit. Aku bukan adik kak Vic yang baik, yang nggak bisa jaga diri sendiri.”
“Nggak, Charlotte. Ini bukan salahmu, ini salahku. Aku sebagai abangmu belum bisa jaga kamu dengan baik.” jawab Victor. “Kemari, Charlotte.” mendekat dan memeluk adiknya.
“Charlotte, aku juga minta maaf karena gara-gara aku kamu jadi sakit.” sambung Felix.
“Nggak pa-pa Felix.” jawab Charlotte dan melepaskan pelukan dari Victor.
2 minggu di rumah sakit, Keadaan Charlotte juga sudah membaik.
Selama di rumah sakit, Felix nggak jenguk dia setelah hari pertama dia masuk kerumah sakit. ‘Ada apa dengannya? Aku SMS nggak di bales, di telfon nggak di angkat.’
Sore ini, Charlotte pulang dari rumah sakit dan besok bisa masuk sekolah. Ketemu sama Mr.Cool nya yang paling baik hati.
Masuk sekolah, Charlotte liat bangku Felix kosong dan bangku Jake saat jam pertama di mulai. ‘Kemana mereka? Tumben nggak masuk? Apa Felix sakit? Kalo dia sakit, pasti menghubungi aku dan kalo Felix sakit, Jake juga pasti menghubungi aku. Tapi, nggak ada kabar dari mereka berdua.’. Charlotte khawatir dengan Felix, dia nggak bisa konsen hari pertama masuk sekolah setelah 2 minggu di rumah sakit.
5 bulan sudah Felix dan Jake masuk sekolah. ‘Apa mereka pindah? Tapi aku sudah tanya sama kepala sekolah. kalo Jake dan Felix masih siswa dimsini dan mereka tidak pindah…. Lantas, mereka kemana? Nggak ada kabar, bikin aku khawatir dan dengan waktu yang lama mereka pergi ninggalin aku, makin bikin aku khawatir.’
“Felix, kamu dimana? Kenapa nggak ada kabar?” ucap Charlotte merana di kamar.
TOK-TOK-TOK, pintu kamar bunyi. ‘Pasti kak Vic…. Aku bangkit dari kasur dan membuka pintu.’ duganya.
“Ada apa, kak?”
“Ada tamu.”
“Siapa? Malam-malam gini kesini?” tanyaku, ‘Apa itu Felix?’ ucapnya dalam hati.
“Cowok. Tapi bukan Felix.” kata-kata Victor seolah-olah menjawab pikiran adiknya itu.
“Oke, aku akan menemuinya.”
Charlotte keluar kamar, turun tangga dan…. What?
“Jake?” ucapnya kaget.
“Oke, aku akan meninggalkan kalian berdua.” sambung Victor dan pergi ke kamarnya.
“Oh, sorry. Aku kaget, silahkan duduk.” ucap Charlotte dan suaranya kembali pelan, “Ada apa kemari? Kemana Felix?”
“Itu masalahnya.” jawab Jake.
“Masalahnya? Apa maksudmu?”
“Kak Felix. Dia….” suara Jake terhenti, dia menunduk seperti menyesal dan wajahnya sedih.
“Dia kenapa? Dia dimana sekarang? Apa dia baik-baik saja?” tanya Charlotte cemas.
“Dia nggak baik. Dia sekarang ada dirumah sakit.” jawab Jake dan masih tertunduk.
“Dia kenapa? Sejak kapan dia di rumah sakit?” tanya Charlotte semakin cemas.
“Sebenarnya, kak Felix sudah lama mengidap penyakit ini.” suaranya terdengar sedih untuk mengatakan itu ke Charlotte.
“Penyakit? Apa?” kata Charlotte makin cemas, “Katakan, Jake. Katakan, ada apa dengan dia? Apa yang terjadi sama Felix selama 5 bulan ini?” paksanya.
“Kak Felix sudah lama mengidap penyakit…… Kanker otak.” jawab Jake.
“Apa? Kanker otak? Tapi…. Tapi selama ini dia terlihat baik-baik aja, dia nggak kelihatan sakit.” teriak Charlotte, kaget.
“Itu lah dia. Kak Felix selalu menyembunyikan penyakitnya dari umum, kalo dia di rumah dia selalu kesakitan. Papa dan mama sudah membujuknya untuk operasi, tapi dia nggak mau.” jelas Jake. Mengangkat kepalanya.
“Jake, sekarang gimana keadaannya?”
“Semakin parah. Kankernya sudah menyebar keseluruh jaringan dan saraf nya. Waktu kak Felix untuk hidup nggak lama lagi. Kecuali….” suaranya terhenti.
“Kecuali apa, Jake?”
“Operasi.”
“Lakukan, suruh dia operasi. Aku nggak mau kehilangan dia.”
“Dia hanya akan mau operasi kalo ada kamu disana.” ucap Jake.
“Maksudmu?” tanya Charlotte bingung.
“Sebenarnya, kak Felix suka sama kamu sejak awal ketemu kamu. Cuma kamu cewek yang bisa meluluhkan hatinya. Kak Felix selalu cerita sama aku, tapi dia memendam perasaannya dalam-dalam dan nggak akan di ungkapkan ke kamu. Karena, dia tau waktunya nggak lama untuk hidup bahagia sama kamu, jadi sia-sia jika dia mengungkapkan perasaannya kalo tidak bisa bersama kamu. Itu katanya terakhir kali ke aku, sebelum sekarat.” jelas Jake lagi.
“Tidak. Aku akan melakukan apapun asalkan aku bahagia dengannya, dia bahagia denganku. Dia harus operasi, biar dia bisa sembuh dan hidup bahagia denganku. Aku juga suka sama dia sejak awal ketemu.” jelas Charlotte, “Sekarang antar aku kerumah sakit.”
“Sebaiknya kamu izin dengan cowok tadi.” kata Jake.
“Dia kakakku.” jawab Charlotte, “Kak, aku pergi dulu. Mungkin besok aku pulang. Aku ceritakan besok, karena ini menyangkut hidup atau mati.”
“Hati-hati. Jangan lupa makan.” balas Victor dari atas.
“Iya, kak. Aku pergi dulu.” menarik Jake, “Ayo, Jake.”
Jake membawa mobil ngebut karena Charlotte menyuruhnya untuk ngebut. Charlotte nggak mau kehilangan waktu dan kehilangan Mr.Cool nya.
“Mama, ada tamu.” kata Jake lirih sambil membuka pintu kamar Felix.
“Charlotte?” kata seorang ibu di samping Felix. Dia terbaring lemas, pucat, dia di oksigen.
“Permisi tante.” ucap Charlotte lembut.
“Silahkan masuk, nak.”
“Felix? Mr.Cool ku?” ucap Charlotte ke Felix yang terbaring.
“Charlotte? My Princess?” balas Felix dengan lemah.
“Yes. Aku disini, aku ada di dekatmu sekarang.” balas Charlotte menggenggam tangan Felix yang lemah dan di infuse.
“Ngapain kamu kesini? Pasti Jake yang membawamu kesini?” protes Felix.
“Mr.Cool, kamu jahat. Kamu ninggalin aku 5 bulan tanpa kabar dan sekarang, aku melihatmu sudah…. Sudah terbaring lemah disini. Kenapa kamu nggak kasih tau aku? Terus kenapa harus sekarang aku tau? Kata Jake, kamu nggak mau operasi. Kenapa?”
“Aku nggak mau hidup tanpa orang yang aku sayangi.” jawab Felix.
“Aku tau. Tapi, nggak seharusnya kamu gini. Kamu nyiksa aku, aku khawatir sama kamu. Aku…..” suara Charlotte terhenti.
“Ssstttt…..” tangan Felix yang lemah menutup mulut Charlotte, “Charlotte, listen to me, please.”
“Oke.”
“Aku sayang sama kamu, aku suka sama kamu sejak awal kita bertemu. Aku ngajak kamu berdua di taman karena aku akan mengenang masa-masa itu dalam hidupku bersama cewek yang pertama kali bisa bikin aku jatuh cinta. Aku sengaja memendam perasaan ini karena nggak ada gunanya aku bilang ke kamu karena sebentar lagi aku ninggalin kamu untuk selamanya. Jadi, aku ingin kamu selalu ingat aku, kapanpun, dimanapun, bagaimanapun perasaanmu dan keadaanmu. Aku ingin selalu ada di hatimu, my princess.” kata-kata Felix membuat Charlotte meneteskan air mata.
“Felix. Aku nggak akan membiarkanmu meninggalkanku untuk selamanya. Kamu harus operasi dan setelah kamu operasi, aku akan merawatmu sampe sembuh.” ucap Charlotte sambil menghapus air matanya meskipun air mata itu terus menetes.
“Tidak perlu. Aku tidak mau merepotkanmu.”
“Kak, sekarang waktu yang tepat. Cepat katakan.” sambung Jake.
“Aku… Aku ingin kamu tau isi hatiku. Izinkanlah aku untuk mengatakan sesuatu di sisa waktu hidupku.” kata Felix dan makin bikin Charlotte lebih banyak meneteskan air mata.
“Felix, jangan bilang gitu.”
“Aku hanya ingin bilang… I LOVE YOU, Charlotte.” ucap Felix semakin lemas.
“Aku… Aku juga… I LOVE YOU, Felix.” balas Charlotte. Tangis Charlotte semakin banyak. Dia tidak bisa menahan air matanya.
“Aku sayang kamu, My Princess.” kata Felix dengan senyuman bibirnya yang putih pasi.
“Aku sayang kamu, Mr.Cool.” balas Charlotte, menyunggingkan senyum di balik tangisannya.
“Kamu akan selalu ada di hatiku selamanya dan kamu akan selalu ada di dekatku saat aku ada disurga.” menarik tangan Charlotte dan meletakkan tangan Charlotte di dada Felix.
Dan….. Felix melepaskan tangan Charlotte lemas…. Felix menutup mata…
“Felix, wake up.” teriak Charlotte.
“Felix, anakku. Bangun sayang. Jangan tinggalkan mama sendirian, nak.” sambung tante Maria, mama Felix.
“Kak Felix, bangun…. Jangan bercanda kak. Bangun.” sambung Jake.
Charlotte segera manggil dokter. Mereka bertiga di suruh keluar ruangan, sementara dokter memeriksa keadaan Felix di dalam.
Nggak lama, dokter keluar… Dan dokter bilang…
“Maafkan kami, bu. Kami sudah berusaha sebisa kamu, tapi tuhan berkehendak lain.” kata dokter itu setelah keluar dari kamar Felix.
“Nggak mungkin dok. Dokter pasti salah. Nggak mungkin.” teriak Charlotte sambil meneteskan air mata yang makin banyak, “Nggak mungkin.. Felix…..” dia berlari, masuk ke kamar Felix, “Felix, Mr.Cool ku. Bangun, aku ada di sini. Kamu nggak boleh ninggalin aku. Kamu jahat, kamu tega ninggalin aku. Bangun, Felix. Bangun.”
“Charlotte. Sudah, itu hanya raga kak Felix. Nyawanya sudah berada dengan tuhan di atas sana. Hapus air matamu, kamu pasti nggak ingin kalo kak Felix tau kamu sedih.” Jake masuk ke kamar inap, menyusul Charlotte, menenangkannya dan menarik Charlotte untuk berada di pelukan Jake.
“Aku… Aku masih belum percaya. Felix secepat ini ninggalin aku. Aku sayang sama dia, aku nggak mau kehilangan dia. Tapi sekarang….” ucap Charlotte dengan air mata yang semakin banyak menetes, dalam pelukan Jake.
“Charlotte, sayang. Relakan Felix. Tante juga kehilangan dia, tapi tante berusaha tegar. Tante nggak mau Felix tau kita bersedih di sini.” sambung tante Maria.
“Tante. Maafkan saya.” ucap Charlotte lirih, dan melepaskan diri dari pelukan Jake.
“Sudah, ini bukan kesalahanmu. Ini takdir tuhan. Hapus air mata kamu.” tante memeluk Charlotte dan menghapus air matanya.
“Begitu lebih baik.” sambung Jake.
2 bulan setelah kepergian Felix, hati Charlotte masih tersiksa. Dia masih nggak percaya Felix pergi ninggalin dia cepet banget. Charlotte belum bisa beri Felix kebahagiaan.
“Charlotte. Aku tau kamu sedih, aku juga sedih karena aku sudah menganggap Felix sebagai adikku sendiri. Tapi kamu harus relakan dia.” kata Victor yang tiba-tiba masuk kamar adiknya tanpa mengetuk pintu.
“Iya, kak. Aku berusaha merelakannya.”
“Baiklah, itu baru Charlotte. Tetap tegar.” memeluk adkinya, ”Diruang tamu ada seorang cowok dan ibu-ibu.”
‘Tante Maria? Jake? Ada apa kemari?’ ucapnya dalam batin. “Aku akan turun, setelah mencuci wajahku.” melepaskan diri dari pelukan Victor.
“Jangan lama-lama.”
“Baiklah.”
Charlotte cuci muka, lalu turun ke ruang tamu untuk menemui mereka.
“Tante, Jake. Ada apa?” tanya Charlotte sesampai di ruang tamu dan langsung duduk di sebelah Victor.
“Charlotte. Tante ingin menyampaikan amanat dan permintaan terakhir dari Felix.” kata tante Maria.
“Apa itu, tante?”
“Felix meminta tante untuk…”
“Menjadikanmu sebagai pacarku dan… Bahagia bersamaku selamanya.” sambung Jake.
“Ya. Itu permintaan terakhir dari Felix, dan tante harap kamu…”
“Sebenarnya, sebelum suka sama Felix. Saya suka sama Jake, tapi karena saya kurang dekat dengan dia, jadi perasaan itu hilang dan berpaling ke Felix.” jawab Charlotte.
“Jadi, kamu mau…?” tanya Jake.
“Yeah.” jawab Charlotte.
“Charlotte, aku nggak nyangka kalo kamu mau jadi pacarku.” kata Jake lagi.
“Baiklah, sekarang biar kalian berdua ngobol. Mama mau pulang dulu.”
“Hati-hati, ya ma.” pesan Jake.
“Iya.”
Hari demi hari Charlotte jalani, meskipun kini dia bersama Jake (pada akhirnya). Charlotte dan Jake sering menjenguk Felix di tempat terakhirnya.
“Sayang, menurutmu. Apakah kak Felix senang melihat kita bersama?” tanya Jake saat kita di makam Felix.
“Kalo semua ini keputusannya dan menurutnya terbaik buat kita, aku yakin kak Felix akan senang melihat kita bersama.”
‘Hanya kenangan, ingatan dan nama Mr.Cool yang ada dalam hati dan hidupku kini. Dulu aku selalu membayangkan akan hidup bahagia dengan Felix, tapi ternyata… Felix pergi meninggalkanku, kini aku bahagia dengan adiknya. Jaka Sam Hanson.’
Dan hidup Sheryl Clare Tanya, dia bahagia dengan cowok lain. Semua bahagia meskipun Felix Gyro Hanson meninggalkan Charlotte, meninggalkan kenangan yang Felix buat untuknya.
‘Felix Gyro Hanson, semoga kamu bahagia disana. Aku akan menyayangi Jake seperti aku menyayangimu, aku akan selalu ingat panggilanku untukmu dan panggilanmu untukku. Mr.Cool dan Princess, ternyata tidak bersatu.’
“Kak Felix, aku akan memberi nama pada anakku dengan nama kak. Felix Hanson.” ucap Jake.
“Yaa. Aku setuju.” sambung Charlotte.